InfoSAWIT, JAKARTA – Industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat penting di banyak negara, termasuk di Indonesia. Keberadaannya memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Namun, industri ini juga dihadapkan pada masalah lingkungan yang serius, terutama terkait limbah yang dihasilkan.
Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit (PKS) memiliki kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) yang tinggi. Kandungan tersebut mencerminkan tingkat keberadaan zat organik dan bahan kimia dalam limbah, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Dikutip InfoSAWIT dari Buku Fakta Kelapa Sawit, untuk mengatasi masalah ini, telah dikembangkan aplikasi limbah cair PKS menggunakan berbagai metode. Salah satu metode yang umum digunakan adalah dengan memanfaatkan kolam anaerobik. Kolam anaerobik adalah tempat di mana limbah cair dapat diolah secara biologis tanpa keberadaan oksigen. Dalam proses ini, mikroorganisme tertentu akan menguraikan bahan organik dalam limbah, menghasilkan produk sampingan seperti gas metana yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
BACA JUGA: PLTBg Berbasis Limbah Cair Sawit Resmi Beroperasi di Riau, Berkapasitas 3×1 MW
Kandungan hara dalam limbah cair PKS juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian. Limbah cair PKS mengandung nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan bahan organik. Kandungan hara tersebut dapat memberikan nutrisi tambahan kepada tanaman, sehingga penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi atau bahkan dieliminasi sepenuhnya. Dengan demikian, penerapan aplikasi limbah cair PKS dapat memberikan manfaat ganda, yaitu mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Sistem aplikasi limbah cair PKS dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti sistem sprinkle (air memancar), flatbed (melalui pipa ke bak-bak distribusi ke parit sekunder), longbed (ke parit yang lurus dan berliku-liku), dan traktor tanki (pengangkutan limbah cair dari Instalasi Pengolah Air Limbah/IPAL ke areal tanam). Pemilihan metode aplikasi limbah harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setiap kebun kelapa sawit.
Selain limbah cair, setiap pengolahan 1 ton tandan buah segar (TBS) kelapa sawit akan menghasilkan limbah padat berupa Tandan Kosong Sawit (TKS) sebanyak 200-250 kg. Limbah padat ini juga memiliki potensi untuk dimanfaatkan. TKS dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk pabrik kelapa sawit, mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
BACA JUGA: Berbagi Keuntungan Besar Bisnis CPO
Selanjutnya, aplikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di kebun juga memberikan manfaat yang signifikan. Dalam setiap hektar kebun kelapa sawit, aplikasi TKKS sebanyak 60 ton per tahun dapat menggantikan semua pupuk nitrogen (N) dan kalium (K). Hal ini dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dan mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan.
Pemanfaatan limbah sawit secara efektif dan efisien merupakan langkah penting dalam mencapai keberlanjutan lingkungan dan pertanian. Dalam hal ini, kolaborasi antara pemerintah, industri kelapa sawit, dan masyarakat sangat diperlukan. Pemerintah dapat mendorong adopsi praktik pengelolaan limbah yang baik melalui peraturan dan insentif. Industri kelapa sawit perlu berinvestasi dalam teknologi pengelolaan limbah yang inovatif dan ramah lingkungan. Sementara itu, masyarakat dapat berperan dalam mendukung dan mengimplementasikan praktik-praktik berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA: Yuk Memanfaatkan Limbah Perkebunan untuk Pakan Ternak
Dengan adanya upaya bersama untuk mengelola limbah sawit dengan baik, diharapkan dapat tercapai kesinambungan antara industri kelapa sawit, lingkungan, dan pertanian. Pengelolaan limbah yang efektif dan pemanfaatan yang bijaksana akan memberikan manfaat jangka panjang bagi semua pihak, menjaga keberlanjutan sektor kelapa sawit dan melindungi lingkungan untuk generasi mendatang. (T2)
