InfoSAWIT, JAKARTA – Negara-negara tujuan ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya masih bergeliat dan ekspansif. Sebab itu, kebutuhan konsumsi masyarakatnya cenderung memiliki ceruk pasar besar dan memiliki daya beli yang relatif bertumbuh.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Pusat Data Bisnis InfoSAWIT (PDBI), keberadaan bisnis minyak sawit sebagai bagian dari kinerja ekspor non migas masih bertumbuh. Negara Cina (Tiongkok) dan India, masih menjadi tujuan pasar utama bagi produk minyak nabati ini.
BPS menjelaskan keadaan ekonomi di India, masih bertumbuh relatif besar. Pada Juli 2023, ekonomi India berlandaskan PMI manufaktur negara Mitra dagang utama, masih berada pada zona ekspansif.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN 30 Agustus 2023 Masih Withdraw Penawaran Tertinggi Rp 11.220 Per Kg
Bersumber dari rilis pertumbuhan ekonomi negaranya, India masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2 persen pada periode Juli 2023. Kendati turun dari bulan sebelumnya, yang mencapai 13,1 persen dan 9,1 persen bila dibandingkan periode tahun sebelumnya.
Kondisi ekonomi ekspansif juga masih dialami negara Tiongkok (Cina) yang masih mengalami pertumbuhan 6,3 persen pada periode Juli 2023. Ekonomi cina bulan sebelumnya sebesar 4,5 persen dan 0,4 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja ekonomi Cina juga menunjukkan daya beli konsumen yang masih terjaga.
Kendati pasar utama tujuan ekspor CPO dan produk turunannya masih memiliki daya beli konsumsi yang bertumbuh, namun harga jual CPO cenderung turun bila dibandingkan harga tahun lalu. Harga rata-rata Juli 2023 sebesar US$ 878,5 per ton, bila dibandingkan setahun sebelumnya, harga CPO mencapai US$ 1.056,6 per ton atau turun hingga 16,86 persen.
BACA JUGA: Persaingan Industri Minyak Nabati Global
Kinerja ekspor CPO dan turunannya juga turun hingga 19,25 persen, bila dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dimana nilai ekspor CPO dan turunannya sebesar US$ 2,82 miliar.