InfoSAWIT, SINGAPURA – Harga kontrak minyak sawit mentah (CPO) d Bursa Malaysia tercatat menurun pada Rabu, (20/9/2023), lantaran para pelaku pasar mempertimbangkan lemahnya pengiriman minya sawit Malaysia serta ada dukungan dari nilia tukar mata uang ringgit yang lemah.
Dilansir Reuters, harga kontrak acuan minyak sawit berkode FCPOc3 untuk pengiriman Desember 2023 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun RM 11 per ton atau terdapat penurunan sekitar 0,3%, menjadi RM 3,738 (US$ 796,68) per metrik ton pada awal perdagangan.
Sampai saat ini Malaysia selaku produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, mempertahankan pajak ekspor minyak sawit mentah pada Oktober sebesar 8% dan menurunkan harga referensinya, berdasarkan rilis dari laman resmi Dewan Minyak Sawit Malaysia pada Selasa.
BACA JUGA: Bumitama Agri Kembali Raih Penghargaan Asiamoney Award 2023
Merujuk laporan Surveyor Kargo Intertek Testing Services, ekspor produk minyak sawit Malaysia periode 1-15 September turun 11,8% dibanding bulan sebelumnya menjadi 580.893 metrik ton, pada Selasa. Sementara Surveyor kargo lainnya, Amspec Agri, mencatat periode 1-15 September ekspor turun 9,3% dari bulan sebelumnya.
Masih dilansir Reuters, harga Kontrak minyak kedelai di Bursa Dalian berkode DBYcv1 turun 0,6%, sedangkan harga kontrak minyak sawit berkode DCPcv1 tidak berubah. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 0,2%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lain, lantaran mereka bersaing untuk memperoleh pangsa pasar minyak nabati global.
BACA JUGA: Guru Besar UGM: Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit Bentuk Pertanian Terpadu yang Ideal
Nilai mata uang Ringgit Malaysia: MYR, sebagai mata uang perdagangan komoditas sawit, tercatat tidak ada perubahan terhadap dolar setelah sebelumnya mengalami penurunan selama enam hari. Nilai mata uang Ringgit yang lemah membuat minyak sawit lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing. (T2)