InfoSAWIT, JAKARTA – Kepala Bagian Bursa dan Pengembangan Bisnis PT Kharisma Pemasaran Bersama (KPBN), Andrial Saputra, menggarisbawahi pentingnya melihat risiko ekonomi untuk meramalkan pergerakan harga komoditas di tahun 2023. Dalam sebuah acara Talkshow Planters #2 yang dihadiri oleh InfoSAWIT, Andrial Saputra mencatat setidaknya ada tujuh risiko ekonomi yang perlu dipertimbangkan:
Pertama ketidakstabilan Geopolitik, perubahan dalam hubungan geopolitik antara negara-negara dapat memiliki dampak signifikan pada harga komoditas. Ketegangan perdagangan, konflik bersenjata, atau perubahan kebijakan luar negeri dapat memengaruhi pasokan dan permintaan komoditas.
Lantas kedua, inflasi dan tingkat bunga dimana tingkat inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli masyarakat dan mengakibatkan peningkatan biaya produksi. Tingkat bunga yang tinggi juga dapat mempengaruhi investasi dan biaya pinjaman perusahaan.
BACA JUGA: Harga Minyak Sawit di Bursa Malaysia Naik Tipis, Namun Dalam Seminggu Harga Turun 2,6 Persen
Ketiga suku bunga AS, lantaran kebijakan suku bunga yang ditetapkan oleh Amerika Serikat memiliki efek domino di seluruh dunia. Kenaikan suku bunga di AS dapat menyebabkan arus modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Keempat, prediksi resesi global, kata Andrial, Jika terjadi resesi global, permintaan terhadap komoditas dapat menurun drastis. Penurunan permintaan ini dapat mengakibatkan penurunan harga komoditas.
Kelima, neraca perdagangan Indonesia, dimana Ketidakseimbangan antara ekspor dan impor Indonesia dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah dan harga komoditas. Penyempitan neraca perdagangan dapat mengurangi pendapatan dari ekspor.
BACA JUGA: Pecah Lagi, Masyarakat Desa Bangkal Demo Berakhir Bakar Kantor PT HMBP di Seruyan
Keenam, inflasi dan BI Rate, ungkap Andrial, kondisi inflasi di Indonesia serta kebijakan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI Rate) sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi. “Inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli masyarakat, sementara kebijakan suku bunga BI dapat memengaruhi biaya pinjaman dan investasi,” katanya saat menjadi pembicara pada Talkshow Planters#2 di Riau, dihadiri InfoSAWIT.
Termasuk ketujuh, situasi pelambatan wkonomi, sebab Jika ekonomi Indonesia mengalami pelambatan, permintaan terhadap komoditas dalam negeri juga dapat menurun. “Hal ini dapat mempengaruhi harga komoditas secara keseluruhan,” katanya. (T2)