InfoSAWIT, JAKARTA – Indonesia, sebagai salah satu produsen terbesar kelapa sawit di dunia, menghadapi tantangan serius dalam mengelola sumber daya alamnya secara berkelanjutan. Dalam upaya untuk melindungi hutan, keanekaragaman hayati, dan lingkungan alam secara keseluruhan, pengalaman petani swadaya menawarkan sejumlah pembelajaran berharga. Berikut adalah delapan aspek kunci yang dapat diambil sebagai pedoman menuju tata kelola sumber daya alam yang lebih baik:
- Inventarisasi dan Identifikasi Lahan: Pendataan yang akurat tentang lokasi perkebunan kelapa sawit di tingkat desa adalah langkah kritis. Data ini membantu dalam membuat keputusan yang efektif untuk mengatasi deforestasi dan degradasi hutan.
- Akses yang Adil bagi Petani Swadaya: Memberikan akses yang sah dan legalitas terkait Areal Penggunaan Lain (APL) kepada petani swadaya adalah kunci. Ini menciptakan kerangka hukum yang adil, membangun kepercayaan, dan mengurangi praktik-praktik ilegal.
- Dukungan untuk Praktik Berkelanjutan: Dukungan teknis dan finansial membantu petani menerapkan praktik pertanian berkelanjutan. Ini termasuk pelatihan, pemilihan varietas tanaman, pengelolaan air yang bijaksana, dan praktik lingkungan yang ramah.
- Alternatif Mata Pencaharian: Diversifikasi mata pencaharian, seperti pertanian lain dan pariwisata, mengurangi ketergantungan pada kelapa sawit, menciptakan ekonomi yang beragam dan berkelanjutan.
- Mendorong Praktik yang Lebih Baik: Mengedepankan Better Management Practices (BMP) seperti penggunaan pestisida yang bijaksana dan pengelolaan limbah yang tepat membantu mengurangi risiko kerusakan lingkungan.
- Keterlibatan Aktif Pemerintah dan Swasta: Peran aktif pemerintah dalam mengawasi industri kelapa sawit dan tanggung jawab sosial lingkungan swasta membentuk landasan penting untuk keberlanjutan.
- Peningkatan Pemahaman Masyarakat: Pendidikan dan kesadaran publik merubah perilaku dan budaya sekitar industri kelapa sawit, mendukung pengurangan dampak negatif.
- Kerjasama Internasional: Kerjasama dengan komunitas internasional dan negara pengimpor kelapa sawit membantu meningkatkan tekanan pada praktik-praktik merusak lingkungan, sambil memungkinkan berbagi pengetahuan dan sumber daya.
Meski menghadapi tantangan seperti regulasi eksternal, Indonesia dapat menggunakan ketergantungan Uni Eropa pada minyak kelapa sawit sebagai insentif untuk memperbarui industri kelapa sawitnya. Komitmen terhadap keberlanjutan bukan hanya tanggung jawab nasional, tetapi juga kontribusi penting Indonesia dalam masyarakat global. Dengan pembelajaran dari petani swadaya, Indonesia dapat memimpin jalan menuju tata kelola sumber daya alam yang lebih baik, menjaga keberlanjutan lingkungan dan kekayaan alam negara ini bagi generasi mendatang. (*)
Penulis : Ketua Koperasi Perkebunan Belayan Sejahtera, Kalimantan Timur/ Jamaluddin