InfoSAWIT, JAKARTA – Animo masyarakat menanam sawit bukannya tanpa alasan, sawit yang ditengarai bakal memberikan keuntungan segunung, menjadi pendorong kuat masyarakat beramai-ramai membudidayakan komoditas unggulan ini.
Bahkan sampai membuat masyarakat tidak peduli guna memerhatikan syarat dan cara menanam sawit. Lantaran tersiar kabar sawit mudah dibudidayakan, tanpa dirawat sawit pasti tumbuh, dari kabar itulah membuat petani berani membudidayakan sawit kendati minim pengalaman.
Wajar bila kemudian merujuk prediksi Kementerian Pertanian, pada 2023 kepemilikan kebun sawit masyarakat tercatat telah mencapai 6 juta ha atau sekitar 42% dari total lahan perkebunan kelapa sawit nasional yang tutupan luasnya mencapai 16,3 juta ha.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kaltim Periode I-November 2023 Naik Rp. 66,63/kg, Cek Harganya..
Dengan tingginya animo masyarakat dalam membudidayakan kelapa sawit sebenarnya memiliki potensi terpendam, utamanya dalam penerapan pertanian dengan cara tumpang sari. Sejatinya petani sawit kedepan bisa didorong guna menerapkan praktik budidaya sawit secara tumpang sari dengan tanaman lain.
Merujuk penelitian yang dilakukan Edi Werdiana dan Zainal Mahmud yang dilakukan tahun 2003 silam, mencatat secara teori tidak semua jenis tanaman dapat diusahakan sebagai tanaman sela diantara tanaman pokok.
Sebab itu butuh pemahaman yang mendalam tentang karakter tanaman pokok dan tanaman sela, sehingga aspek-aspek yang berkaitan dengan konsep sinergisme dapat lebih ditingkatkan, sementara aspek-aspek merugikan yang berkaitan dengan antagonisme dan alelopati dapat ditekan seminimal mungkin.
BACA JUGA: Integrasi Tanaman Jagung – Sawit Untuk Hadapi Krisis Pangan, Ini Alasan Dibelakangnya
Guna kelangsungan usahatani tanaman sela di antara kelapa sawit, perlu memilih dan memadukan tanaman dari jenis-jenis tanaman yang menunjukkan fungsi saling melengkapi sehingga dapat berinteraksi secara sinergi, bukannya bersaing satu sama lain, yang pada akhirnya malah merugikan.