InfoSAWIT, JAKARTA – Laporan terbaru dari Global Carbon Project menggambarkan Indonesia sebagai salah satu dari sepuluh negara terbesar penghasil karbon di dunia, dengan peningkatan sebesar 18.3% pada tahun 2022, yang merupakan kenaikan tertinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Peningkatan ini disumbangkan oleh penggunaan energi fosil, alih fungsi lahan, dan tingginya tingkat deforestasi di Indonesia.
Secara spesifik, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara penghasil emisi terbesar di dunia dalam sektor penggunaan lahan. Dalam rentang waktu 2013-2022, rata-rata emisi alih fungsi lahan Indonesia mencapai 930 juta ton, menyumbang hampir 20% dari total emisi global sektor tersebut. Bersama dengan Brazil dan Republik Demokratik Kongo, Indonesia menyumbang lebih dari setengah dari emisi sektor lahan dunia.
Laporan Global Carbon Budget, yang disusun oleh lebih dari 120 ilmuwan internasional, menyampaikan temuan ini setelah melalui proses peer-reviewed. Ilmuwan menyoroti bahwa tindakan global untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil tidak berjalan secepat dan seefektif yang dibutuhkan untuk mencegah perubahan iklim berbahaya.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kalteng Periode November 2023 Naik Rp 72,1/Kg Cek Harganya..
Iqbal Damanik, juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, menekankan bahwa sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim, Indonesia perlu mengambil tanggung jawab untuk mengurangi emisi karbon, khususnya dari sektor energi dan lahan. Dia mengingatkan akan dampak serius yang dapat dihadapi Indonesia jika tidak ada upaya konkret dalam menghadapi perubahan iklim.
Direktur Eksekutif Madani Berkelanjutan, Nadia Hadad, menyoroti perlunya transparansi data pemerintah dan membandingkannya dengan data kajian global dan data masyarakat sipil. Dia juga menekankan pentingnya penegakan hukum yang tegas untuk mengurangi tingkat deforestasi.
Sementara juru kampanye energi Trend Asia, Novita Indri mencatat ketergantungan Indonesia pada batu bara dan bahwa hampir separuh dari emisi berasal dari sektor hutan dan lahan. Dia menekankan perlunya melibatkan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada batu bara.
BACA JUGA: Epistemic Community and Market Forum Antisipasi Dampak EUDR Bagi Petani Sawit
Lantas Firdaus Cahyadi, Communication Specialist 350.org Indonesia, mengkritik Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) Indonesia, yang masih bergantung pada energi fosil, khususnya batu bara, hingga tahun 2040. Dia menekankan perlunya beralih ke sumber energi yang lebih berkelanjutan.
Secara keseluruhan, laporan ini menjadi panggilan keras untuk Indonesia agar mengambil tindakan nyata dalam mengurangi emisi karbon, mengatasi deforestasi, dan beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Dengan rentannya Indonesia terhadap perubahan iklim, langkah-langkah ini menjadi krusial untuk melindungi masa depan generasi mendatang. (T2)