InfoSAWIT, JAKARTA – Pengembangan minyak sawit berkelanjutan menjadi dilema bagi sebagian pelaku usaha bisnis minyak sawit. Hambatan terbesar minyak sawit memang berasal dari besarnya biaya perbaikan akan pemenuhan prinsip dan kriteria berkelanjutan. Lantaran, praktek budidaya terbaik dan berkelanjutan memang masih berbeda dalam penerapannya.
Kebutuhan penerapan prinsip dan kriteria berkelanjutan guna melakukan sistem pertanian yang berorientasi pada keseimbangan ekonomi, sosial dan ekologi. Terlebih, keberadaannya akan direspon melalui penerapan standar sertifikasi keberlanjutan berlandaskan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Kendati tidak memiliki perbedaan yang siginifikan dalam penerapan prinsip dan kriteria berkelanjutan, namun sertifikasi ISPO dan RSPO masih menghadapi banyak tantangan. Lantaran perkebunan kelapa sawit telah memberikan kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seperti pemberdayaan petani kelapa sawit berkelanjutan dan penerapan praktek budidaya berkelanjutan yang masih menjadi tantangan.
BACA JUGA: Supaya Sukses Menjadi Planter di Era Gen Z, Berikut Caranya..
Pemberdayaan petani kelapa sawit berkelanjutan, memang memiliki banyak persoalan klasik. Lantaran dari beberapa daerah sentra perkebunan kelapa sawit, keberadaan perkebunan kelapa sawit milik petani kelapa sawit bertumbuh dari keberadaan perusahaan perkebunan kelapa sawit di suatu daerah.
Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit milik petani juga cenderung sporadis, dimana keberadaan perkebunan kelapa sawit ini terbentang luas di sekitar areal perkebunan kelapa sawit milik perusahaan. Awal mula bertumbuhnya perkebunan kelapa sawit milik petani inilah, yang kemudian menjadi kian membesar dewasa ini di Indonesia.
Keberadaan petani kelapa sawit juga biasanya bertumbuh dari keberhasilan petani mitra (plasma) perusahaan perkebunan kelapa sawit. Lantaran berasal dari keberhasilan petani, maka keberadaan perkebunan kelapa sawit milik petani ini, juga masih mengandalkan pembelian hasil panen (tandan buah segar/tbs) ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik perusahaan perkebunan sekitarnya.
BACA JUGA: Legalitas Lahan Jadi Isu Utama Tata Kelola Sawit Indonesia
Sebab itu, pengendalian pertumbuhan perkebunan kelapa sawit milik petani kelapa sawit, seringkali memiliki kendala besar dalam melakukan praktek budidaya terbaik dan berkelanjutan. Berbagai tantangan yang dihadapi, biasanya berawal dari bibit unggul kelapa sawit yang digunakan sebagai cikal bakal tanaman kebun sawitnya.