InfoSAWIT, JAKARTA – Deforestasi menjadi salah satu tantangan lingkungan terbesar di dunia, dengan jutaan hektar hutan yang hilang setiap tahunnya akibat penebangan liar, pertanian, dan pembangunan. Dampaknya meluas pada iklim, keanekaragaman hayati, dan masyarakat adat. Di tengah urgensi penanganan masalah ini, Uni Eropa (UE) mengambil inisiatif dengan memberlakukan Peraturan Deforestasi UE (EUDR).
EUDR mewajibkan konsumen dan produsen dalam rantai pasokan komoditas tertentu untuk melakukan uji tuntas dan penilaian risiko guna memastikan bahwa produk mereka tidak berkontribusi terhadap deforestasi. Salah satu sektor yang terpukul oleh peraturan ini adalah perkebunan sawit di Indonesia, produsen sawit terbesar di dunia. EUDR memberlakukan inspeksi dan penalti berjenjang berdasarkan risiko, dan Indonesia dianggap sebagai negara dengan risiko tinggi.
Menurut pendiri dan CEO Dimitra Inc di Nasdaq, Jon Trask, hanya 1% petani kecil di Indonesia yang memenuhi persyaratan peraturan ini. Seiring diberlakukannya EUDR, mayoritas petani kecil di Indonesia kehilangan akses ke pasar UE. Petani kecil di negara-negara Dunia Selatan, termasuk Indonesia, merasa bahwa kebijakan ini mengesampingkan upaya menjaga keseimbangan antara konservasi alam dan perlindungan mata pencaharian.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kalteng Periode Desember 2023 Turun Rp 43,41/Kg Cek Harganya..
Namun, peraturan ini juga berpotensi menciptakan konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti relokasi produk deforestasi ke pasar dengan regulasi yang lebih longgar, seperti India dan Tiongkok. Hal ini memunculkan kekhawatiran terkait efektivitas EUDR dalam mencapai tujuan mitigasi deforestasi secara global.
Di tengah ketegangan ini, solusi berbasis AgTech dan Blockchain menawarkan harapan baru. Blockchain dapat digunakan untuk melacak asal-usul bahan baku minyak sawit, memastikan bahwa produk tidak berasal dari deforestasi. Sementara itu, AgTech dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi dampak lingkungan.
BACA JUGA: HIP Biodiesel Januari 2024 Ditetapkan Rp. 10.896/liter
Penerapan teknologi-teknologi ini di semua skala perkebunan sawit, mulai dari petani kecil hingga perusahaan besar, memiliki potensi untuk mengatasi tantangan lingkungan dan berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan. Melalui kolaborasi antara pemerintah, industri, dan inovator teknologi, dapat diciptakan solusi holistik yang mendukung upaya global dalam menghadapi krisis deforestasi dan mencapai keberlanjutan. (*)
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi InfoSAWIT atau DIMITRA