InfoSAWIT, JAKARTA – Perkebunan kelapa sawit, sebagai salah satu komoditas strategis, tidak dapat hanya ditanam tanpa pemahaman mendalam terhadap karakteristik tanaman ini. Selain aspek penanaman, pemilihan jenis lahan, iklim, dan strategi merancang blok kebun, termasuk cara membuka lahan tanpa membakar, memainkan peran kunci dalam memastikan hasil yang memuaskan. Terlebih lagi, pemahaman ini menjadi modal penting bagi keberhasilan budidaya perkebunan kelapa sawit.
Menurut Arie Malangyodo, seorang praktisi perkebunan kelapa sawit nasional, penting untuk memilih jenis tanah yang tepat. Meskipun mayoritas lahan dan iklim di Indonesia dianggap cocok, pemahaman lebih lanjut tetap diperlukan. Kelapa sawit tumbuh subur di wilayah tropis dengan suhu optimal antara 28 hingga 32 derajat Celsius sepanjang tahun. Ketinggian ideal tempatnya adalah antara 1 hingga 500 meter di atas permukaan laut, dengan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
Penyinaran matahari yang cukup juga penting, dengan kelapa sawit membutuhkan sekitar 5-7 jam sinar matahari per hari. Ini mendukung proses fotosintesis yang kuat, pertumbuhan pelepah daun yang optimal, dan akhirnya menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) yang melimpah. Namun, perlu diingat bahwa kelapa sawit membutuhkan air yang cukup. Kurangnya curah hujan di bawah 1.500 mm per tahun dan lebih dari 5 bulan musim kemarau dapat menghambat pertumbuhan pelepah daun secara optimal.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Naik 0,83 Persen Pada Jumat (19/1), Harga CPO Mingguan Naik 3,2 Persen
Selain iklim dan kebutuhan air, pemilihan jenis tanah juga krusial. Kelapa sawit tumbuh baik di tanah datar, berdrainase baik, berlapis tebal, dan subur. Tanah yang mengandung banyak lempung, dengan pH tanah antara 4-6, menjadi pilihan yang baik. Jenis tanah seperti Latosol, Ultisol, Aluvial, gambut saprik, dataran pantai, dan muara sungai dianggap sesuai untuk perkebunan kelapa sawit.
Penting untuk memilih lahan yang relatif datar dalam menanam kelapa sawit. Lahan yang bergelombang atau berbukit dapat menyulitkan proses panen dan angkutan TBS sawit, yang pada akhirnya meningkatkan biaya produksi. Erosi juga dapat terjadi lebih mudah di lahan yang tidak datar, mengakibatkan hilangnya tanah subur. Selain itu, akar kelapa sawit sulit menembus lapisan tanah yang keras, sehingga pertumbuhan tanaman dapat terhambat.
Hindari juga menanam kelapa sawit di area yang mudah tergenang air, karena hal ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk memastikan produksi TBS yang optimal, perlu memberikan unsur hara yang cukup melalui pemupukan jika tanah cenderung miskin.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kalteng Periode I-Januari 2024 Naik Rp 42,85/Kg Cek Harganya..
Dengan memahami dengan baik karakteristik lingkungan dan tanah, para petani kelapa sawit dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasilnya. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi para petani secara ekonomis, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan perkebunan kelapa sawit secara keseluruhan. (T2)