InfoSAWIT, JAKARTA – Saat mengawali karir di sektor perkebunan kelapa sawit, ada kepuasan yang tidak bisa terlukiskan di dalam diri Kamsen Saragih. Apalagi saat itu bertugas membangun kebun sawit di lokasi remote area yang kala itu masih belum banyak kebun yang dikembangkan.
Di dalam diri Kamsen Saragih mengalir jiwa pekebun yang diwariskan dari sang ayah yang bekerja di Perkebunan. Pemandangan kebun dan kegiatan sehari-hari di perkebunan menjadi hal yang biasa bagi Kamsen.
Apalagi pernah pula diajak sang Ayah untuk mengikuti kegiatan kebun, saat itu Kamsen pun memahami bekerja di kebun harus kuat baik fisik maupun mental. Tanpa keduanya, maka akan sulit untuk bekerja di perkebunan.
BACA JUGA: Kepala Desa Sembuluh II: Dorong Sektor Sawit Bermanfaat Bagi Penduduk Setempat
Kendati sudah mengenal baik sektor perkebunan semenjak remaja bukannya langsung tertarik menggeluti sektor tersebut, justru Kamsen lebih memilih cita-cita masuk sekolah jurusan sosial politik.
Namun sayang cita-citanya itu kandas ditengah jalan, lantaran jalan hidup berkata lain. Saat lulus Sekolah Menengah Kejuruan, Kamsen justru masuk ke Sekolah Tinggi Pertanian (Stiper) yang kini telah berganti menjadi Instiper di Jogjakarta.
Saat lulus Kamsen pun menerapkan semua ilmu yang dimiliki sampai akhirnya masuk bekerja di sektor perkebunan kelapa sawit, penempatan pertama di Kalimatan. “Saat itu belum banyak kebun sawit dibangun, saya menikmati di Kalimantan, alamnya dan masyarakatnya cocok,” katanya kepada InfoSAWIT, belum lama ini di Jakarta.
BACA JUGA: Awalnya Dianggap Tak Waras, Kala Kembangkan Burung Hantu Di Kebun Sawit
Saat bekerja di kebun sawit muncul kembanggaan dalam diri Kamsen, apalagi bekerja di kebun lebih banyak menanam ketimbang merusak. “Bekerja di kebun lebih banyak sukanya, saya memiliki kebanggaan lantaran saya lebih banyak mengembangkan kebun sawit, seperti memiliki kepuasan tersendiri,” katanya bercerita.