InfoSAWIT, JAKARTA – Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) mendukung dan mengapresiasi langkah ganjar Ganjar Pranowo untuk memperhatikan permasalahan petani sawit di Indonesia.
Sebelumnya saat melakukan kampanye di Kalimantan Barat, Sumatera Selatan dan Sumatera utara Calon Presiden Ganjar Pranowo menyampaikan pertama akan melakukan perbaikan infrastruktur jalan-jalan di desa sawit untuk mempermudah akses transportasi petani sawit dan bisa menekan ongkos produksi pada petani sawit.
Lantas, kedua, mengupayakan stabilitas Harga Tandan Buah Segar (TBS) petani sawit agar petani bisa mendapatkan harga yang adil yang bisa menukung ekonomi dan kesehateraan petani sawit, ketiga mempercepat penyelesaian reforma agraria kepada petani sawit, keempat akan meningkatkan tata kelola industri sawit, dengan membentuk badan sawit yang di bawah dan diawasi oleh presiden.
BACA JUGA: Permintaan Minyak Sawit Melorot, Lantaran Harga Minyak Kedelai dan Bunga Matahari lebih Murah
Menanggapi hal tersebut, Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Sabarudin mengatakan, apa yang disampaikan oleh Calon Presiden Ganjar Pranowo ini menjadi masalah utama yang selama ini dihadapi oleh sekitar 2,5 juta petani sawit di seluruh Indonesia. Calon presiden yang akan dipilih oleh petani sawit tentunya memiliki pengetahuan kondisi masalah petani dan juga bisa peduli dengan kesejahteraan petani sawit.
“Selama ini dengan rusaknya jalan di desa-desa sentra sawit petani sawit dirugikan karena dengan rusaknya jalan maka akan ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan petani sawit sekitar Rp. 100 – 200 rupiah/Kg, selain itu juga akan menurunkan kualitas sawit milik petani karena biasanya dengan kondisi jalan yang rusak maka truk-truk pengangkut sawit milik petani akan bermalam di jalan sebelum sampai di pabrik kelapa sawit,” katanya dalam keterangannya kepada InfoSAWIT, Senin (12/2/2024).
Lebih lanjut tutur Sabarudin, saat ini harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang diterima oleh petani sawit tidak adil karena sekitar 70 persen petani sawit itu menjual ke tengkulak dengan harga rendah dari harga yang ditetapkan oleh Dinas Perkebunan setiap bulannya, hitungan kami kerugian petani ada sekitar 30-40 persen menderita kerugian karena menjual kepada petani sawit.
BACA JUGA: Hilirisasi Sawit Bagi Ketahanan Pangan dan Energi
Dengan harga sawit yang diterima petani lebih rendah berdampak pada banyak petani tidak bisa membeli pupuk dan juga melakukan perawatan kebun sesuai dengan good agricultural practice (GAP) yang akibatnya produktivitas petani itu rendah.