InfoSAWIT, JAKARTA – Menurut Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Supari, El Niño diperkirakan akan berakhir pada April tahun 2024, dengan indikasi munculnya La Nina pada semester kedua tahun tersebut. “Tahun 2024 menunjukkan indikasi awal bahwa fenomena La Nina akan muncul, ditandai dengan penurunan suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur,” ungkapnya.
Supari juga mencatat bahwa dalam 10 tahun terakhir, Indonesia sering menghadapi iklim ekstrem, baik El Niño, La Nina, maupun Indian Ocean Dipole (IOD). Hanya pada tahun 2016, ketika kondisi iklim global netral, Indonesia mengalami musim kemarau yang normal.
Jika La Nina benar-benar terjadi pada tahun 2024, musim kemarau kemungkinan akan lebih basah dari biasanya. Meskipun hal ini dapat menguntungkan tanaman padi karena pasokan air yang cukup, namun mungkin tidak menguntungkan bagi tanaman hortikultura seperti sayuran dan cabai karena curah hujan yang berlebihan.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kalteng Periode II-Februari 2024 Naik Rp 30,84/Kg Cek Harganya..
Supari menekankan pentingnya memahami informasi iklim ekstrem untuk mengurangi risiko dan dampaknya. Dia menyatakan bahwa pemerintah harus meningkatkan literasi iklim masyarakat, terutama petani yang sebagian besar merupakan generasi muda. “Dengan meningkatkan pemahaman tentang teknologi informasi, kita dapat memberikan pengetahuan pada setiap petani untuk mengurangi dampak risiko iklim ekstrem,” ujar Supari, dalam keterangannya diterima InfoSAWIT, ditulis Minggu (10/3/2024).
Sementara, Vice Chair Working Group I, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) & Profesor Meteorologi dan Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Edvin Aldrian mengatakan, bahwa Indonesia memiliki keuntungan karena berada pada jalur aliran samudra Pasifik ke Samudra Hindia, yang dikenal sebagai aliran throughflow. Aliran ini merupakan sinyal laut penting yang dapat digunakan untuk memprediksi El Niño enam bulan ke depan dengan bantuan pemodelan laut.
BACA JUGA: SPKS Bersama Oxfam dan Pemkab Konawe Utara Dorong Rencana Aksi Sawit Berkelanjutan
“Dengan memanfaatkan sinyal di laut ini, Indonesia dapat memprediksi kedatangan ENSO (anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik), baik El Nino maupun La Nina. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk persiapan pangan dan antisipasi bencana kekeringan, terutama bahaya kebakaran hutan,” pungkasnya. (T2)