InfoSAWIT, JAKARTA – Perkebunan Kelapa sawit diyakini bakal lepas dari isu deforestasi, tentau saja melalui Solusi berbasis AgTech dan Blockchain yang bakal memainkan peran penting dalam mendorong keberlanjutan dan memerangi deforestasi.
Deforestasi adalah salah satu masalah lingkungan yang paling mendesak di dunia. Setiap tahun, jutaan hektar hutan hilang akibat berbagai faktor, termasuk penebangan liar, pertanian, dan pembangunan. Deforestasi memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap iklim, keanekaragaman hayati, dan masyarakat adat.
Uni Eropa (UE) telah mengambil langkah untuk mengurangi deforestasi dengan memberlakukan Peraturan Deforestasi UE (EUDR). Peraturan ini mewajibkan konsumen dan produsen yang berada di sepanjang rantai pasokan komoditas tertentu untuk melakukan uji tuntas dan penilaian risiko untuk memastikan bahwa produk mereka tidak berkontribusi terhadap deforestasi.
EUDR memiliki dampak yang signifikan terhadap perkebunan sawit rakyat di Indonesia. Sawit adalah salah satu komoditas yang paling banyak dikaitkan dengan deforestasi, dan Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia. EUDR menerapkan sistem inspeksi dan penalti berjenjang berdasarkan tingkat risiko yang dirasakan di negara asal. Indonesia dianggap sebagai negara dengan risiko tinggi, sehingga petani sawit rakyat di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang lebih ketat untuk mematuhi peraturan tersebut.
Menurut Jon Trask, pendiri dan CEO Dimitra Inc di Nasdaq, hanya 1% petani kecil di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi berdasarkan peraturan yang berlaku saat ini. Artinya, dengan diberlakukannya EUDR, mayoritas petani kecil di Indonesia tidak lagi memiliki akses ke pasar UE. Kebijakan EUDR juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani kecil di negara-negara Dunia Selatan, termasuk Indonesia. Mereka berpendapat bahwa kebijakan tersebut mengabaikan upaya untuk menyeimbangkan konservasi alam dengan melindungi mata pencaharian.
Selain itu, peraturan ini juga menimbulkan konsekuensi yang tidak diharapkan: potensi relokasi produk-produk yang mengalami deforestasi ke pasar yang peraturannya tidak terlalu ketat, seperti India dan Tiongkok. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai efektivitas peraturan UE dalam mencapai tujuan mitigasi deforestasi secara global.
Memanfaatkan AgTech dan Blockchain
Solusi berbasis AgTech dan Blockchain siap memainkan peran penting dalam mendorong keberlanjutan dan memerangi deforestasi di semua skala perkebunan sawit, mulai dari perkebunan rakyat hingga korporasi besar. Teknologi-teknologi ini mempunyai potensi untuk mengatasi tantangan-tantangan lingkungan yang penting dan berkontribusi terhadap masa depan yang lebih berkelanjutan.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Naik 0,41 Persen Pada Senin (25/3), Demikian Pula Di Bursa Malaysia
Misalnya, blockchain dapat digunakan untuk melacak asal-usul bahan baku minyak sawit, sehingga dapat membantu memastikan bahwa produk-produk tersebut tidak berasal dari deforestasi. AgTech, di sisi lain, dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi dampak lingkungan.