InfoSAWIT, JAKARTA – Pada Januari 2024, nilai ekspor Indonesia mencapai puncaknya, mencatat angka sebesar US$ 2,304 miliar. Ini menandai lonjakan signifikan sebesar 10,63% dari bulan sebelumnya, di mana nilai ekspor hanya mencapai US$ 2,082 miliar pada Desember 2023.
Diungkapkan Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti Sradjono, salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan nilai ekspor adalah kenaikan harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO).
“Menurut Oil World, harga CPO naik dari US$ 944 menjadi US$ 958 per ton Cif Rotterdam. Kenaikan harga ini tidak hanya berdampak pada nilai ekspor, tetapi juga berimbas pada pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia,” kata Mukit dalam keterangan resmi diterima InfoSAWIT ditulis Senin (1/4/2024).
BACA JUGA: Ekspor CPO Indonesia Naik 14,63 Persen Pada Januari 2024, Beberapa Negara Tingkatkan Permintaan
Sementara, merujuk laporan GAPKI, data terkini menunjukkan bahwa stok awal CPO pada Januari 2024 sebesar 3,146 juta ton. Sementara produksi CPO dan Palm Kernel Oil (PKO) mencapai 4,634 juta ton. Di sisi lain, konsumsi dalam negeri mencapai 1,942 juta ton, sementara jumlah ekspor mencapai 2,802 juta ton.
“Dengan demikian, diperkirakan stok akhir pada akhir Januari 2024 akan berada di sekitar 3,040 juta ton,” catat Mukti.
BACA JUGA: 883 Perusahaan Sawit dan 52 Koperasi Telah Memperoleh Sertifikat ISPO
Kenaikan nilai ekspor ini memberikan dorongan positif bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Meskipun pertumbuhan ekspor terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga CPO, perlu juga diperhatikan bahwa upaya untuk meningkatkan volume ekspor tetap menjadi fokus penting bagi pemerintah dan pelaku industri. (T2)