InfoSAWIT, NUSA DUA — Di tengah tantangan global yang kian kompleks, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Prof. Rachmat Pambudy, M.S., menegaskan bahwa industri kelapa sawit memiliki peran strategis bukan hanya bagi perekonomian nasional, tetapi juga bagi masa depan pembangunan dunia yang berkelanjutan.
Dalam sambutannya pada pembukaan 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (13/11/2025), Rachmat menekankan pentingnya mengelola industri sawit secara bijak dan berkeadilan, di tengah meningkatnya kebutuhan global akan pangan, energi, dan air seiring jumlah penduduk dunia yang telah melampaui delapan miliar jiwa.
“Kita tidak hanya dituntut untuk memproduksi lebih banyak, tetapi juga mengelola dengan lebih cerdas — dari rantai pasok hingga distribusi yang adil dan efisien,” ujar Rachmat saat membuka acara terseut dihadiri InfoSAWIT.
BACA JUGA: Uji Coba B50 Siap Diperluas, ESDM Tetap Perhatikan Hasil Evaluasi uji Lapangan dan Keekonomian
Menurutnya, kelapa sawit merupakan bagian penting dari solusi global dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Komoditas ini menyediakan pangan, energi, dan penghidupan bagi jutaan orang di berbagai negara. Namun, peningkatan permintaan dunia harus diimbangi dengan tata kelola yang bertanggung jawab.
“Kita harus menyeimbangkan antara produktivitas dan keberlanjutan. Nilai rantai pasok sawit — dari petani hingga konsumen dunia — harus dijalankan dengan transparansi, keadilan, dan dialog yang terbuka,” tegasnya.
Menjaga Keseimbangan antara Pertumbuhan dan Keberlanjutan
Rachmat menegaskan, Indonesia berkomitmen mengelola sumber daya alamnya dengan hati-hati dan inklusif, sejalan dengan prinsip-prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Ia menyebut, keputusan yang diambil hari ini akan menentukan kesejahteraan generasi mendatang.
“Bagi Indonesia, kelapa sawit bukan sekadar komoditas. Ia adalah jembatan — jembatan persahabatan, perdamaian, dan kemanusiaan,” katanya.
Melalui industri sawit, Indonesia ingin membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan berbagai negara dan komunitas di dunia. Rachmat menegaskan bahwa Indonesia memandang kerja sama global dalam sektor ini sebagai upaya memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, bukan persaingan yang saling menjatuhkan.
“Kita ingin industri ini menjadi sarana kerja sama, bukan medan kompetisi,” ujarnya.
BACA JUGA: Ketua Panitia IPOC 2025: Dua Dekade Menyatukan Komunitas Sawit Dunia
Keadilan bagi Petani dan Pekerja Sawit
Dalam pidatonya, Rachmat juga menyerukan agar komunitas agribisnis sawit global bersikap lebih adil terhadap petani kecil dan pekerja perkebunan — mereka yang menjadi tulang punggung industri sawit dunia.
