InfoSAWIT, JAKARTA - Guna memastikan menerapkan praktik budidaya sawit layak lingkungan dan sosial, sekitar 5.000 petani sawit swadaya di Sumatera Selatan membentuk Asosiasi Pekebun Swadaya Mitra Hindoli. Sekaligus mendukung penguatan kelembagaan petani dan mendukung peningkatan kesejehteraan.
Sebanyak 5.000 petani sawit mandiri/swadaya yang berlokasi di Kabupupaten Musi Banyuasin, meliputi 3 Kecamatan, yakni Kecamatan Sungai Lilin, Kecamatan Keluang dan Kecamata Tungkal Jaya sepakat untuk mendirikan Asosiasi Pekebun Sawadaya Mitra Hindoli.
Dengan pembentukan Asoiasi ini dikatakan Manajer Asosiasi Pekebun Swadaya Mitra Hindoli, Syarif Hidayatullah Ritonga, bakal menjadi lembaga yang akan mendukung nggotanya yakni pekebun sawit swadaya untuk bisa menerapkan praktik sawit berkelanjutan menurut skim Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roudtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Potensi pekebun sawit swadaya yang saat ini bermitra dengn PT Hindoli cukup besar, yakni mencapai lebih dari 4.000-an pekebun. Target asosiasi ini adalah semua pekebun swadaya mitra PT Hindoli akan bisa menerapkan praktik sawit berkelanjutan sesuai standar ISPO dan RSPO,” katanya saat acara Deklarasi terbentuknya Asosiasi Pekebun Swadaya Mitra Hindoli, yang dihadiri InfoSAWIT, akhir Maret 2021 lalu.
Lebih lanjut tutur Syarif, sebelumnya asosiasi ini dibentuk pada 24 Maret 2021 di Kantor Bumdes Mulyo Barokah, Desa Mulyo Asih, Kecamatan Keluang, Kabupaten Musi Banyuasin. Saat ini beranggotakan 10 organisasi pekebun sawit swadaya dari Keceamatan Keluang, Sungai Lilin, dan Tungkal Jaya. “10 organisasi itu adalah para petani swadaya mitra PT Hindoli dalam hal kemitraan jual beli Tanan Buah Segar (TBS) Sawit,” ungkap Syarif.
Kedepan keanggotaan asosiasi ini, kata Syarif, akan terus bertumbuh seiring dengan permintaan para pekebun sawit sawadaya untuk bergabung, guna memperoleh manfaat dalam menerapkan praktik pekebunan kelapa sawit berkanjutan.
Sementara manajemen PT Hindoli dalam sambutannya yang diwakili, Smallholders Farmer Development Lead Gargill Tropical Oil Palm, Joko Wahyu Priadi mengungkapkan, pihaknya akan bekerja dengan petani plasma dan petani swadaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari praktik-praktik pertanian dan perkebunan terbaik.
“Tujuan kami adalah untuk mempromosikan sustainability, meningkatkan hasil dan kualitas panen yang dapat meningkatkan pendapatan para petani di wilayah kita beroperasi,” catat Joko Wahyu.
Lebih lanjut, apalagi terdapat sekitar 45% dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikelola oleh petani plasma swadaya. Tetapi sayangnya publik masih meyakini petani ini tidak memiliki pengetahuan atau keahlian untuk mempraktikan pertanian yang berkelanjutan.
Sebab itu, kata Joko, untuk mendukung kesuksesan para petani, memerlukan kolaborasi dari semua pemangku kepentingan dalam industri kelapa sawit; termasuk pemerintah, NGO dan perusahaan yang bekerjasama dengan petani.
Sejak November 2020, Cargill dan IDH yang bermitra dengan FORTASBI (Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia) bekerja sama untuk melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para petani swadaya mitra Hindoli untuk meningkatkan kapasitas petani swadaya menuju sertifikasi berkelanjutan.
“Praktik berkebun yang berkelanjutan akan merubah kehidupan petani sawit di Indonesia, memberikan pendidikan yang lebih baik untuk anak-anak mereka dan menjamin masa depan untuk keluarga para petani,” tutur Joko
Lebih lanjut tutur Joko, pihaknya akan mendukung Asosiasi guna untuk memiliki badan hukum resmi dan mendaftarkan diri menjadi anggota RSPO untuk memastikan produktivitas petani swadaya dapat meningkat dengan tetap menerapkan praktik-praktik berkebun yang berkelanjutan, terukur secara konsisten dan terstandardisasi sesuai dengan prinsip-prinsip sustainability.
“Selain membantu menerapkan praktik pertanian terbaik (Good Agricultural Practicess), program ini juga akan memberikan pelatihan di bidang-bidang yang dianggap penting seperti pemetaan partisipatif, pengelolaan kawasan konservasi tinggi dan stok karbon tinggi serta pengelolaan limbah. Para mitra akan memastikan bahwa pembukaan lahan baru tidak dilakukan dengan pembakaran dan tidak dibuka di kawasan hutan atau lahan gambut,” catat Joko.
Kemitraan ini juga bakal mendukung Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (RAN-KSB) dengan meningkatkan kapasitas petani swadaya untuk mendapatkan sertifikasi ISPO dan RSPO. Melalui ISPO, legalitas petani sawit swadaya seperti Sertifikat Pendaftaran Budidaya (STDB) akan dipenuhi, sementara RSPO akan memastikan produktivitas petani dapat ditingkatkan untuk memenuhi Prinsip dan Kriteria keberlanjutan Standar Sertifikasi Petani Swadaya (RISS).
“Kita yakin, dengan mendukung dan membina para petani swadaya dengan lebih dekat dapat memahani kebutuhan para petani swadaya dan mendukung mereka untuk sukses,” tandas Joko.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP), Kementan, Dedi Junaedi mengakui, pemerintah daerah Sumatera Selatan sangat mendukung penerapan praktik berkelanjutan, baik itu untuk sektor sawit maupun penerapan aspal karetnya, bahkan siap mendukung penerapan energi hijau dengan membangun fasilitas greendiesel.
Sebagai ketua tim RAN-KSB pusat, kata Dedi, sangat menyambut baik dengan segala upaya untuk mewujudkan minyak sawit berkelanjutan, baik itu melalui ISPO, RSPO, International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) atau skim sertifikasi berkelanjutan lainnya.
Bahkan upaya dalam mensinergikan skim ISPO dan RSPO bisa kembali dilanjutkan. “Sehingga kedepan bisa kembali fokus supaya kedua skim minyak sawit berkalanjutuan tersebut bisa sejalan dengan UU Cipta Kerja yang telah diterbitkan,” tandas Dedi. (T2)
Lebih lengkap Baca Majalah InfoSAWIT Edisi Juni 2021