InfoSAWIT, JAKARTA - Indonesia memang kaya Gas dan Minyak Bumi, sehingga dapat dibangun banyak Pabrik pupuk Urea (48% N), konsumsi nasionalnya mencapai 6,3 juta ton, sedang produksinya sekitar 8 juta ton. Artinya untuk Urea Indonesia beberapa tahun ini bisa mengekspor namun kapasitas produksinya tidak bertambah. sayangnya Indonesia tidak memiliki sumber Fosfat yang memadai apalagi Kalium.
Unsur Nitrogen, Fosfat dan Kalium (Sodium) adalah unsur makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Unsur Na yang sifatnya sangat berdekatan dengan unsur Kalium rupanya dapat mensubsitusi kebutuhannya.
Kalium (dalam bentuk KCl) setiap tahun kita impor, karena memang Indonesia tidak punya sumbernya. Pupuk yang di impor pada tahun 2019 sebanyak 6.314 ton senilai Usd 1.534 juta atau senilai Rp 22.2 T (sumber BPS, 2020). Jika 50 % saja nilai impor itu digunakan untuk membeli Garam industri yang diproduksi rakyat senilai Rp 1.500/kg, maka akan diperoleh 7,4 juta ton, padahal produksi Garam Nasional hanya sekitar 3 juta ton saja. 4 juta ton lainnya perlu pengembangan. Dengan harga tersebut Petani Garam terangkat martabat dan kesejahteraannya, petani tanaman juga senang hati, karena mendapatkan pupuk murah. Negara juga senang karena dapat menghemat devisa.
Jika saja ada BUMN yang berminat membuat pupuk Garam, maka para BUMN tersebut akan bertambah keuntungannya, mengangkat kesejahteraan petani garam dan petani lainnya. Harga jual eceran pupuk diperkirakan tidak lebih dari 2.500/kg bandingkan dengan pupuk KCl yang harga Rp 9.000/kg.
Menurut Murray melalui Doneta Wrate, 2021, Pupuk Garam sangat ekonomis, merupakan pupuk yang dapat digunakan pada berbagai tanaman. Ada berbagai manfaat pupuk Garam, pertama, meningkatkan Pertumbuhan Tanaman, kedua, memperbesar dan banyak pengaruh positipnya terhadap tanaman, ketiga, tanaman menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit
Keempat, rasa hasil pertaniannya lebih baik, Kelima, produksinya lebih tahan terhadap kebusukan, lantas Keenam, meningkatkan level Vitamin dan kadar gula antara lain pada Gandum yang dipupuk dengan garam 0.8 gallon per ha, memperlihatkan hasil, vitamin B1 naik menjadi 35%, vitamin B2 naik menjadi 10%, niacin bertambah menjadi 38%, dan vitamin E bertambah sebesar 15%
KCl merupakan pupuk anorganik sedangkan NaCl merupakan pupuk organik tapi secara teknis unsur Kalium atau Potasium (K) dan Natrium atau Sodium (Na) sama sama mempunyai 1 valensi, berada di dalam susunan berkala dalam 1 barisan yakni di barisan pertama. Cl berada dbarisan ke 7 yang mempunyai 7 valensi, sehingga keduanya dapat saling menggantikan. Itulah sebabnya dalam berbagai percobaan dan pengamatan penggunaan Garam sampai batas tertentu pada tanaman selalu menunjukkan hasil yang baik.
Terlihat dari susunan kimia KCl dan NaCl praktis sama, sehingga tidak ada keraguan menggunakan Garam sebagai pupuk. Garam yang dimaksud adalah Garam Dapur atau Garam Laut (Sea Salt), berbeda dengan Garam dalam bahasa kimia. Masalah dosis dan aplikasi tentu akan berbeda setiap jenis tanaman.
Seperti bahan organik lainnya Garam dapat memperbaiki kualitas produk pertanian. Danielle Smyth, 2021, juga menjelaskan bahwa rasa tomat yang dipupuk Garam rasanya lebih baik akibat terbentuknya asam dan gula yang lebih baik. Dari pengalaman menanam sayuran organic, memang wortel disamping lebih wangi lebih getas, begitu juga pada sayuran kangkung, sawi dll.
Pupuk KCl adalah pupuk anorganik senyawa garam alkali tanah, merupakan hasil tambang, sedang NaCl adalah pupuk Organik atau Garam dapur merupakan hasil panen dari laut. Kandungan KCl 60%, kandungan NaCl 94%, artinya NaCl lebih tinggi kandungannya dibanding KCl, artinya penggunaannya lebih efisien dan tentu lebih aman. Banyak hasil penelitian dan pengamatan tentang penggunaan Garam ini sebagai pupuk. Pupuk Garam dapat menjadi substitusi pupuk KCl yang harganya sangat tinggi dan harus diimpor. Di dalam praktek ternyata masyarakat telah menggunakan Garam sebagai substitusi pupuk KCl yang harganya lebih mahal.
Ditulis Oleh: Memet Hakim
Dosen LB Fak Pertanian Unpad / Konsultan / Ketua Umum Aliansi Profesional Indonesia Bangkit
Lebih lengkap baca Majalah InfoSAWIT Edisi September 2021