InfoSAWIT, MUMBAI – Impor minyak sawit dan minyak bunga matahari India pada tahun 2022/23 masing-masing melonjak sebesar 24% dan 54%, mencapai rekor tertinggi akibat meningkatnya konsumsi, sekaligus keduanya ditawarkan dengan harga yang cukup ekonomis.
Kondisi ini faktanya bakal mampu menurunkan stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia dan harapannya bisa mendukung harga minyak sawit mentah berjangka. Pembelian tersebut dapat mengurangi persediaan di negara-negara penghasil minyak bunga matahari di Laut Hitam.
Merujuk laporan Solvent Extractors’ Association of India (SEA) yang berbasis di Mumbai, impor minyak sawit India mencapai 9,79 juta metrik ton untuk periode 2022/23 yang berakhir pada 31 Oktober, sementara impor minyak bunga matahari meningkat menjadi 3 juta ton.
Sementara impor minyak kedelai pada tahun ini turun 12% menjadi 3,68 juta ton karena hampir sepanjang bulan komoditas kedelai tersebut diperdagangkan dengan harga lebih tinggi dibandingkan minyak sawit dan minyak bunga matahari.
Total impor minyak nabati pada tahun ini melonjak hingga mencapai rekor 16,47 juta ton, naik 17,4% diandingkan tahun lalu, karena langkah pemerintah untuk memotong pajak impor minyak nabati menjadi 5,5% yang mendorong pembelian dari luar negeri, catat laporan SEA.
Pemerintah mengurangi pajak impor ketika harga minyak nabati meningkat di pasar dunia tahun lalu, namun pemerintah tidak menaikkan pajak tersebut setelah harga turun, kata seorang dealer dari rumah perdagangan global yang berbasis di New Delhi, dilansir Reuters.
BACA JUGA: Biodiesel Sawit Masih Jadi Primadona Bagi Pengembangan EBT di Indonesia
“Koreksi harga di pasar dunia, ditambah dengan bea masuk yang lebih rendah, menjadikan minyak nabati lebih murah dan meningkatkan konsumsi,” katanya.