InfoSAWIT, BRUSSEL – Anggota Parlemen Eropa (MEP) memberikan persetujuan untuk undang-undang baru yang mengintensifkan persyaratan penggunaan Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Uni Eropa, Pada 13 September 2023 lalu.
Undang-undang ini, yang merupakan bagian dari inisiatif ReFuelEU dan termasuk dalam paket Fit for 55, bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca setidaknya 55 persen pada tahun 2030 dan mencapai net-zero pada tahun 2050. Keputusan ini menandai langkah besar dalam mendukung sumber bahan bakar penerbangan yang lebih berkelanjutan.
Pada Juli 2022 silam, rancangan undang-undang ini pertama kali diadopsi, dan pada bulan April 2023, Parlemen Eropa mengumumkan pencapaian kesepakatan politik atas proposal ReFuelEU. Kini, setelah disetujui secara resmi oleh Parlemen Eropa, regulasi ini memberlakukan kewajiban pada bandara dan pemasok bahan bakar Uni Eropa untuk memastikan bahwa minimal 2 persen bahan bakar penerbangan bersifat “ramah lingkungan” pada tahun 2025, dengan peningkatan bertahap hingga mencapai 70 persen pada tahun 2050.
BACA JUGA: Pembentukan Bursa CPO Memperkuat Komoditas Strategis Nasional
Dikutip InfoSAWIT dari Ethanol Producer, namun peraturan ini juga membatasi jenis bahan baku yang dapat digunakan. Bahan bakar sintetis, biofuel dari residu pertanian atau kehutanan, alga, limbah hayati, minyak goreng bekas, lemak hewani tertentu, dan bahan bakar jet daur ulang dari limbah gas dan limbah plastik dianggap “ramah lingkungan”. Sayangnya, bahan kelapa sawit dan kedelai tidak memenuhi kriteria keberlanjutan dan dilarang untuk digunakan dalam program ini.
Program ReFuelEU juga mencakup pengenalan label kinerja penerbangan yang akan mulai berlaku pada tahun 2025. Maskapai penerbangan dapat memasarkan penerbangan mereka dengan label yang menunjukkan jejak karbon per penumpang dan efisiensi CO2 per kilometer. Ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada penumpang tentang kinerja lingkungan dari penerbangan yang dioperasikan oleh berbagai maskapai.
Sementara itu, industri minyak kelapa sawit, terutama di Malaysia, menanggapi dengan mengakui potensi produk samping minyak sawit, seperti Palm Oil Mill Effluent (POME) dan Palm Oil Fatty Acid Distillate (PFAD), sebagai sumber bahan bakar penerbangan berkelanjutan.
BACA JUGA: Teknologi Shell Gene Bisa Atasi Kontaminen di Sawit, Produktivitas Dipastikan Melonjak
Meskipun beberapa lobi proteksionis masih menentang penggunaan minyak sawit, industri penerbangan global, termasuk uji penerbangan yang dilakukan oleh Boeing, terus mempercepat penggunaan SAF dengan menggunakan produk samping kelapa sawit sebagai bahan bakunya. (T2)