InfoSAWIT, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terbaru terkait perkembangan musim kemarau 2024. Berdasarkan pemantauan hingga akhir Juli 2024, BMKG mencatat bahwa kondisi iklim di Indonesia mengalami fase yang kritis. Meski saat ini fenomena El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) berada dalam kondisi netral, BMKG memperkirakan adanya peluang sebesar 50-60% bahwa kondisi ENSO akan beralih menuju fase La Niña mulai Agustus atau September 2024. Hal ini mengindikasikan kemungkinan gangguan iklim basah pada akhir musim kemarau yang dapat berlangsung hingga Maret 2025.
Dalam surat resmi BMKG kepada Presiden RI Nomor: B/KL.00.02/004/KB/VIII/2024, tertanggal 5 Agustus 2024 yang diperoleh InfoSAWIT, BMKG juga melaporkan bahwa Hari Tanpa Hujan (HTH) ekstrem telah terjadi di beberapa wilayah Indonesia, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Di wilayah Nusa Tenggara Timur, seperti di daerah Naoini, Tenau, Futubena, dan Mapoli, durasi HTH mencapai 102 hingga 103 hari tanpa hujan. Selain itu, curah hujan yang rendah, kurang dari 20 mm per dasarian, melanda sebagian besar Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, menambah kekhawatiran akan dampak kekeringan yang meluas.
“BMKG memprediksi bahwa kondisi curah hujan rendah akan terus mendominasi wilayah Indonesia bagian selatan hingga akhir September 2024. Daerah-daerah seperti Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara diperkirakan akan mengalami curah hujan bulanan yang sangat rendah, di bawah 50 mm per bulan. Kondisi ini membutuhkan perhatian khusus untuk mengantisipasi dampak kekeringan yang dapat mempengaruhi sektor pertanian dan ketersediaan air,” demikian catat surat tersebut ditulis Sabtu (17/8/2024).
BACA JUGA: Palas Hadapi Tantangan Rendahnya Produktivitas Sawit, Program Peremajaan Jadi Harapan
Sementara itu, meski sebagian besar wilayah Indonesia mengalami kekeringan, daerah-daerah dengan karakteristik iklim ekuatorial, terutama di sekitar wilayah Ekuator, diprediksi akan mengalami curah hujan tinggi pada periode Agustus-September 2024. Wilayah-wilayah seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Maluku, dan Papua Barat akan mengalami curah hujan di atas 300 mm per bulan, yang berpotensi menimbulkan banjir di daerah tersebut.
Menghadapi situasi ini, BMKG memberikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Pertama, masyarakat diminta untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah gambut yang rentan kekeringan. Kedua, petani diharapkan dapat menyesuaikan pola tanam tanaman pangan dan hortikultura sesuai dengan kondisi cuaca yang ada. BMKG juga merekomendasikan melanjutkan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk pengisian waduk dan menaikkan muka air tanah di daerah rawan kekeringan.
BMKG menekankan pentingnya pemantauan informasi cuaca dan iklim secara berkala melalui berbagai kanal yang tersedia, seperti laman resmi BMKG, aplikasi infoBMKG, media sosial, dan Call Center 196. BMKG bersama dengan 196 stasiun yang tersebar di seluruh Indonesia siap siaga 24 jam untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pihak terkait dalam melakukan adaptasi dan mitigasi menghadapi musim kemarau 2024.
BACA JUGA: Menakar Penting Sertifikat Halal Sawit
Dengan situasi yang semakin kompleks, tercatat BMKG meminta perhatian dan arahan lebih lanjut dari Presiden untuk memastikan kesiapsiagaan nasional dalam menghadapi potensi dampak musim kemarau tahun ini. (T2)