InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Kenanga Research mempertahankan peringkat “overweight” untuk sektor perkebunan, didukung oleh harga minyak sawit mentah (CPO) yang kuat dan defisit pasokan global yang berkelanjutan, meskipun ekspor melemah.
Dalam laporan terbaru, Kenanga Research mengungkapkan bahwa data Malaysian Palm Oil Board (MPOB) menunjukkan stok minyak sawit Malaysia turun menjadi 1,512 juta metrik ton (MT) pada Februari 2025. Angka ini mengalami penurunan 4,0 persen secara bulanan dan 21 persen secara tahunan, tetap berada di bawah rata-rata 10 tahun terakhir.
Produksi CPO pada Februari 2025 mengalami tekanan akibat hujan lebat, bulan kerja yang lebih pendek, serta libur Tahun Baru Imlek pada 29 Januari hingga 12 Februari. Hal ini menyebabkan produksi turun 4,0 persen secara bulanan dan 6,0 persen secara tahunan.
BACA JUGA: Produksi Sawit Terancam: Perlukah Negara Mengambil Alih?
Sementara itu, ekspor CPO mengalami penurunan tajam dibandingkan bulan sebelumnya, namun secara tahunan tetap stabil di angka 1,002 juta MT. Harga CPO yang tinggi, mencapai RM4.759 per MT—naik 2,0 persen dari bulan sebelumnya dan 20 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu—mendorong pembeli seperti India untuk beralih ke minyak alternatif yang lebih murah, seperti minyak bunga matahari dan kedelai.
Harga CPO Diperkirakan Naik
Kenanga Research memperkirakan harga CPO akan berada di kisaran RM4.600 hingga RM4.700 per MT pada kuartal pertama 2025, lebih tinggi dari proyeksi awal. Oleh karena itu, mereka telah merevisi asumsi harga CPO tahun 2025 dari RM4.000 menjadi RM4.200 per MT.
Meski demikian, Kenanga tetap memprediksi harga CPO rata-rata pada 2026 akan turun kembali ke RM4.000 per MT seiring dengan penyempitan selisih harga CPO dibandingkan minyak nabati lainnya.
BACA JUGA: ANJ Catat Kenaikan Laba Bersih 106,7% di 2024, Targetkan Produksi CPO Naik 15% di 2025
Defisit pasokan global terus menopang harga minyak nabati, terlihat dari indeks harga minyak nabati Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang naik 2,0 persen secara bulanan dan 25 persen secara tahunan pada Februari 2025.
“Panen yang buruk di Malaysia serta ancaman serangan ulat kantung turut mendukung harga CPO. Namun, premi harga CPO terhadap minyak kedelai masih bertahan dan diperkirakan menyempit ketika harga CPO turun sementara harga minyak kedelai tetap stabil atau meningkat,” merujuk laporan Kenanga, dilansir InfoSAWIT dari Bernama, Minggu (16/3/2025).