InfoSAWIT, JAKARTA – Revolusi Industri 4.0 telah mengubah dunia yang semula analog kini menjadi serba digital, yang mana tatapan antar muka kini berpindah menjadi tatapan antar layar. Terlebih saat pandemi, semua dikerjakan di depan layar kaca. Dunia yang serba digital dan nirsentuh, juga berdampak pada menurunnya kualitas penglihatan. Bagaimana tidak? Mata setiap saat harus menatap layar kaca dan mungkin durasinya lebih lama dibanding menatap dunia nyata. Radiasi pada layar, fokus mata yang tidak berubah, kelelahan mata bisa menjadi faktor menurunnya kualitas penglihatan.
Kerusakan mata, yang paling umum terjadi adalah rabun jauh pada anak- anak. Kelainan mata ini terjadi karena kakunya otot-otot mata dalam menemukan fokus yang berbeda akibat dari perlakuan melihat fokus yang sama pada jarang yang dekat. Layar ponsel, komputer, dan sejenisnya memberikan kontribusi dimana anak-anak dipaksakan fokus hanya pada jarak tertentu, Otot mata akan kekelahan dan kaku, sehingga autofokus layaknya lensa semakin melemah. Kelainan ini bisa diatasi dengan melatih elastisitas otot mata, namun ada satu hal yang lupa yakni nutrisi mata. Bagimana mata mau sehat apabila nutrisi tidak dipenuhi yakni, vitamin A.
Vitamin A saat ini identik dengan wortel, dan anak-anak sudah dicekoki dengan makanan favorit kelinci tersebut. Fakta di lapangan, banyak yang keliru dalam menyajikan wortel yang kaya akan vitamin A pada anak-anak. Masyarakat tidak teredukasi, jika vitamin A tidak larut dalam air, karena sifatnya non polar. Praktinya anak-anak disodori jus wortel. Vitamin A, yang berasal dari karotenoid hanya larut dalam larutan non-polar, salah satunya adalah minyak. Jika berbicara minyak ikan, akan mengerucut pada produk impor, padahal di dalam negeri kaya akan sumber vitamin A yakni sawit.
Kelapa sawit sudah kenal sejak 5000 tahun sebelum masehi oleh orang Mesir Kuno. Perjalanan sejarah sawit yang panjang dan masuk ke Nusantara pada tahun 1848 dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda, yang dimana bibitnya dibawa dari Amsterdam kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor. Species yang datang pertama kali ke Nusantara adalah Eleis guineensis, yang kemudian menyebar ke pulau-pulau penjuru Nusantara. Tahun 1916 hasil dari kelapa sawit pertama kali diolah menjadi sabun dan saat ini sawit telah menjadi komoditi nabati terbesar di dunia.
Sawit saat ini tak semata-mata hanya sebatas minyak goreng saja, tetapi banyak produk turunan dari hasil olahan minyak sawit mentah (CPO). Salah satu yang membuat sawit begitu hebat bukan hanya minyak nabatinya saja, tetapi ada kandungan pigmen alami yang kaya akan pro vitamin A, yakni karotenoid. Karotenoid pada sawit sebesar 500 – 800 ppm, dan turunannya ada β-karoten sebanyak 7500 µmol/liter dan masih banyak kandungan senyawa bioaktif yang lainnya. Jika diadu, kandungan karotenoid pada minyak sawit adalah yang tertinggi, dan di bawahnya ada wortel, aprikot, tomat, pisang dan jeruk.
Adanya karotenoid pada minyak sawit ditandai dengan warna kuning atau murah muda. Namun disayangkan, masyarakat kita cenderung lebih suka pada minyak yang putih dan jernih saat membeli minyak goreng. Ada nilai nutrisi yang diabaikan, padahal warna merah muda dan kuning adalah nutrisi yang sangat baik untuk mata.
Kelebihan karotenoid pada sawit adalah, senyawanya sudah terlarut karena sifatnya yang non-polar. Dengan larutnya karotenoid di minyak sawit akan memudahkan tubuh untuk menyerap dan membawanya dalam pembuluh darah dan mengirimkannya ke mata. Dengan demikian, sawit sudah menang banyak dibanding dengan buah-buahan lain sebagai asupan vitamin A. Namun, masyarakat belum juga terbuka dalam dalam memanfaatkannya secara optimal.
Masyarkat masih ada yang ketakutan, jika minyak akan menyebakan kolesterol. Lagi-lagi pemahaman yang kurang tepat. Kolesterol tubuh tidak semata-mata berasal dari minyak, tetapi berasal dari sumber gula atau karbohidrat lain yang disintesis oleh tubuh menjadi asam-asam lemak dan kolesterol adalah salah satunya. Persepektif ini yang harus diluruskan, sebab minyak sawit justru bisa menurunkan kadar kolesterol karena adanya HDL (kolesterol baik) yang cukup tinggi, bahkan nol LDL (kolesterol jahat). Dengan demikian butuh cara bagaimana mengonsumsi minyak sawit agar bisa diambil sari patinya sebagai nutrisi untuk mata.
Sebenarnya sudah sangat lama, minyak sawit dipergunakan dalam berbagai makanan. Selain digunakan untuk menggoreng, juga digunakan untuk membuat cake, biskuit, roti, cookies, dan shortening. Ini adalah bentuk kamuflase memasukan pro vitamin A dalam makanan, namun kuantitasnya masih sedikit. Minyak sawit cenderung sebagai penghantar panas agar makanan lekas matang dan memberikan rasa gurih. Perlu inovasi dalam membuat makanan yang bisa menyertakan minyak sawit sebagai salah satu bahan penyusunnya yang kaya karotenoid.
Salah satu inovasinya adalah kampanye mengonsumsi minyak. Konsumsi minyak bisa dalam bentuk salad, campuran dalam elmusi jus buah, dan lain sebagainya. Yang kedua adalah pemberian informasi, ada kandungan apa saja di dalam sawit dan apa manfaatnya. Yang ketiga adalah menangkal berita miring yang menyebabkan sawit menyebabkan kolesterol, kegemukan, dan kanker. Justru sawit bisa mencegah potensi penyakit tersebut karena sawit kaya kandungan anbtioksidan yang bisa menangkal radilal bebas.
Sekarang bagaimana generasi muda ini diberikan pemahaman, apa yang benar dari minyak sawit ini. Permasalah gangguan netra bisa diatasi, begitu juga asupan nutrisinya. Sudah selayaknya sawit mendapat tempat istimewa yang tak sebatas dari hasil gorengan di atas meja, tetapi sebagai komoditi nabati yang kaya akan manfaat. Pertanyaan selanjutnya adalah tinggal bagaimana masyarakat memanfaatkan secara optomal dari potensi sawit ini agar benar-benar memberikan kemanfaatan bagi tubuh terutama dari kesehatan, salah satunya bagi generasi muda penerus bangsa. Melalui sawit, netra anak bangsa bisa diselamatkan. Generasi bangsa ini juga bisa tumbuh dan berkembang baik dan sehat dengan minyak nabati ini yang kaya nutrisi dan antioksidan.
Ditulis: Dhanang Puspita
Nominator Sawit Fest 2021 Kategori Lomba Esai / tulisan esai ini telah melalui proses editing, lebih lengkap di SAWIT FEST 2021
Tentang Sawit Fest :
Sawit Fest 2021 mendukung peningkatan literasi sawit bagi masyarakat pada umumnya dan generasi muda pada khususnya guna memberikan gambaran utuh mengenai keberadaan industri minyak sawit. Sekaligus, bertujuan memberikan pemahaman yang benar mengenai keberadaan dan kontribusi minyak sawit, bagi negara, sosial dan lingkungannya.
Sawit Fest 2021 mendapatkan dukungan pendanaan Badan Pengelola DanaPerkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), Bumitama Gunajaya Agro Group, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Asian Agri Group, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, dan PT Cisadane Sawit Raya Tbk., dengan mitra strategis Media InfoSAWIT dan Palm Oil Magazine.
Sawit Fest pula merangkul para seluruh pemangku kepentingan minyak sawit seperti pemerintah, pelaku usaha, periset, organisasi, aktivis sosial dan lingkungan serta pihak lainnya, untuk berdiskusi membangun minyak sawit Indonesia berkelanjutan.
Apabila membutuhkan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami, Ignatius Ery Kurniawan, melalui Handpone WA : 081284832789, email : sawit.magazine@gmail.com