InfoSAWIT, BRUSSEL – Saat negara-negara di Uni Eropa sedang menggodok sebuah kebijakan lingkungan dalam upaya menghadapi perubahan lingkungan, kebijakan tersebut dikenal dengan European Green Deal (EGD).
Dimana kebijakan ini negara-negara Uni Eropa memimpikan di tahun 2050 sudah mencapai net zero emission. Jelas, dengan rencana kebijakan tersebut berapa negara yang memiliki kepentingan di pasar Eropa bakal terancam, terlebih negara yang memiliki kepentingan perdagangan komoditas seperti kelapa sawit dan diyakini akan terpengaruh dengan kebijakan tersebut.
Melalui EU Forest Strategy mereka menetapkan syarat traceabillity atau keterlacakan rantai pasok mulai dari hulu sampai hilir. Begitu pula dengan ketentuan tentang “produk hijau” di mana Uni Eropa akan memperketat persyaratan bila komoditas-komoditas kategori Forest and Ecosystem Risk Commodities ingin masuk ke pasar Uni Eropa.
BACA JUGA : Perkuat Diplomasi Sawit Indonesia ke Uni Eropa
Melihat dampak dari kebijakan tersebut tak hanya pada industri tetapi juga petani kelapa sawit, pada Senin (27/6/2022) waktu Brussel, Dubes Andri Hadi menerima delegasi Kolombia yang dipimpin oleh Dubes Kolombia di Brussel, Y.M. Felipe Garcia Echeverri, dan Presiden Eksekutif Federasi Nasional Petani Sawit Kolombia (FEDEPALMA), Nicolás Pérez Marulanda, untuk bertukar pandangan guna menghadapi kebijakan tersebut.
Dilansir dalam twitter resmi Dubes Indonesia di Brussel, dalam pertemuan tersebut kedua negara menjajaki kepentingan bersama dalam menghadapi EU Green Deal beserta turunannya, yang dapat berdampak negatif pada industri dan petani kelapa sawit kecil di kedua negara. (T2)