InfoSAWIT, NIGERIA – Nigeria adalah pengekspor utama minyak sawit dunia, bahkan perdagangan kelapa sawit dunia sebelum pergantian abad ke-20 dimana sampai dengan Perang Dunia Kedua, didominasi oleh negara-negara di Afrika Barat (sebagian besar Nigeria), Kongo Belgia (kemudian Zaire dan sekarang Republik Demokratik Kongo), dan Asia Timur Jauh khususnya Hindia Belanda, (Sumatra dan Jawa) sekarang Indonesia.
Seperti dikutip InfoSAWIT dari The Nation, minyak kelapa sawit menjadi salah satu penerima devisa utama di negara ini, sampai pada awal 1960-an Nigera mengekspor secara massal minyak sawit ke negara Malaysia dan Indonesia. Ingat bahwa Nigeria adalah penghasil minyak sawit terbesar di dunia dengan pangsa pasar 43 persen pada tahun 1960an.
Namun kini, pasar minyak sawit Nigera terus tergerus tercatat hanya memiliki pangsa pasar sawit dunia sekitar 2,9%, dimana saat ini pengekspor utama minyak sawit dunia dipegang Indonesia, Malaysia, Thailand, Kolombia dan Nigeria.
BACA JUGA: Mengenal Ang Boon Beng, Sang Peneliti Senior Benih Unggul Sawit
Sebelumnya untuk mengembalikan kejayaan minyak sawit di Nigeria, maka dibentuklah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Nigeria atau dikenal dengan NIFOR, sayangnya tulis The Nation, lembaga negara di Nigeria ini dianggap gagal dengan misinya itu.
Terlebih lembaga ini hanya mampu mengelola dua perkebunan kelapa sawit yaitu the Federal Oil Palm Estate Obotme (525 ha) dan Proyek Minyak Sawit Federal, Erei (720 ha) atas nama pemerintah federal sementara banyak perkebunan kelapa sawit lainnya telah diambil alih.
Kini negara pengekspor minyak sawit itu telah beralih menjadi negara pengimpor minyak sawit. Merujuk catatan, setiap tahun Nigeria mengimpor minyak sawit sebanyak 450 ribu ton dengan nilai mencapai N 116,3 miliar atau setara US$ 323,1 juta. Tercatat ada peningkatan impor minyak sawit sekitar 12% setiap tahun.
Dengan populasi yang terus meningkat, penurunan produksi kelapa sawit yang stabil, dan berkembangnya penggunaan berbagai produk dari minyak sawit, menjadi salah satu fakta ekonomi bahwa ada permintaan minyak sawit yang tinggi di Nigeria.
Ini adalah tragedi disaat potensi terbesar Afrika menghasilkan minyak sawit tidak bisa dipertahankan, justru kini negara-negara Afrik menghabiskan begitu banyak uang untuk mengimpor produk yang sejatinya bisa dihasilkannya sendiri. (T2)