InfoSAWIT, MUMBAI – Paska keluar dari bayang-bayang pandemi Covid-19, permintaan minyak sawit India diprediksi masih cukup tinggi. Terlebih kebutuhan minyak nabati negara Bollywood itu mencapai 22 juta ton, sementara produksi minyak nabati lokal hanya sekitar 10 juta ton. S
Selama paruh pertama di 2022, permintaan minyak nabati di India tercatat hampir. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, impor mengalami kenaikan sebesar 2%. Pangsa pasar minyak sawit tercatat menurun tajam menjadi 54% di tahun 2022 dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 63% pada periode yang sama.
Menurut catatan Bhavna Shah dari Malaysian Palm Oil Council (MPOC), ini disebabkan oleh melonjaknya harga minyak sawit ditambah dengan adanya perbedaan harga yang tipis antara minyak sawit dengan minyak nabati lainnya, sehingga terjadi pergeseran pasar ke minyak nabati lainnya. Catat Bhavna Shah, sedikit banyak itu terjadi lantaran adanya kebijakan buka tutup ekspor minyak sawit yang dilakukan oleh Indonesia.
BACA JUGA: Berbagi Keuntungan Besar Bisnis CPO
Adanya penghentian sementara ekspor minyak sawit oleh Indonesia telah mengguncang pasar minyak nabati dunia. Negara-negara di Asia Selatan seperti India, Pakistan dan Bangladesh sangat bergantung terhadap minyak nabati untuk kebutuhan pangan.
Adanya larangan ekspor minyak sawit telah berdampak kepada negara-negara tersebut, sehingga mereka mencari alternatif minyak nabati lain yakni minyak kedelai, selain membuka pasar minyak sawit dengan Thailand dan Papua New Guinea termasuk Malaysia.
Impor minyak sawit sawit India dari Indonesia selama paruh kedua di 2022 tercatat turun sekitar 12% menjadi 32%, padahal pangsa pasar minyak sawit Indonesia di India tahun 2021 mencapai 44% pada periode yang sama.
Sebelumnya dengan adanya konflik antara Rusia dan Ukraina, telah membuat dunia gelisah, lantaran Ukraina adalah salah satu pengekspor minyak bunga matahari terbesar. Pangsa pasar minyak bunga matahari India mencapai 80% dari Ukraina, paska meletusnya konflik kebutuhan pasokan minyak bunga matahari India dipasok dari Rusia dan Argentina, sehingga hanya turun sekitar 4% saja. (T2)