InfoSAWIT, JAKARTA – Ihzra Firman Nasrullah, mahasiswa Antropologi angkatan 2022, berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional dengan menjadi delegasi dalam ajang bergengsi Global Youth Innovation Summit (GYIS). Acara ini merupakan forum inovasi global yang melibatkan anak muda dari berbagai latar belakang, yang diselenggarakan oleh Global Youth bekerja sama dengan University Malaya dan International Islamic University Malaysia (IIUM) pada 15-18 Juli 2024 di IIUM.
Untuk bisa berpartisipasi dalam GYIS, Ihzra harus melewati seleksi yang ketat, mulai dari seleksi administrasi, tes wawasan kebangsaan, leaderless group discussion (LGD), hingga wawancara. Setelah lolos, Ihzra bersama empat orang lainnya dimasukkan ke dalam sebuah kelompok yang diberi tugas untuk menciptakan proyek inovasi.
Kelompok tersebut menciptakan sebuah inovasi yang mereka beri nama Palm, Oil, Waste, Energy (POWER). Inovasi ini mengangkat ide memanfaatkan limbah tandan kosong kelapa sawit sebagai media penyimpanan energi listrik atau baterai. Ihzra menuturkan bahwa limbah kelapa sawit memiliki potensi yang belum banyak diketahui oleh masyarakat, salah satunya sebagai komponen penyimpanan energi. Proyek ini juga sejalan dengan beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), yakni poin ke-7, 8, 9, 12, 13, dan 17.
BACA JUGA: Bea Cukai Ketapang Awasi Ekspor 3.998 Ton CPO dari PT Andes Agro Investama
“Kalimantan Timur itu daerah penyumbang limbah kelapa sawit terbanyak di Indonesia. Kami berinisiatif untuk mengembangkan inovasi ini, dimulai dari limbah kelapa sawit yang ada di sekitar, untuk diteliti lebih lanjut. Jika mendapat dukungan dari stakeholder, kami berencana untuk mengembangkannya langsung di Kalimantan Timur,” ujar Ihzra dikutip InfoSAWIT dari laman resmi Unair, Selasa (27/8/2024).
Namun, perjalanan kelompok ini tidak selalu mulus. Ihzra sempat mengungkapkan tantangan dalam komunikasi antaranggota kelompok di awal pengerjaan proyek. Untuk mengatasi hal ini, mereka memutuskan untuk memperkuat ikatan melalui sesi bonding secara online, yang dilakukan dua hingga tiga kali seminggu.
Ihzra juga mencatat bahwa meskipun latar belakang studinya di Antropologi tidak sepenuhnya sejalan dengan proyek berbasis saintek, ilmu Antropologi Ekologi yang ia pelajari membantu tim dalam memahami bagaimana inovasi ini dapat diintegrasikan ke dalam konteks sosial budaya masyarakat. Hal ini memastikan bahwa inovasi mereka relevan dan berkelanjutan dalam menjawab masalah lingkungan.
Kolaborasi dan kerja keras tim Ihzra berbuah manis, dengan kelompoknya berhasil meraih dua penghargaan bergengsi: juara pertama dalam kategori presentasi SDGs dan juara kedua sebagai tim terbaik. Prestasi ini menjadi bukti bahwa dengan kerja sama yang baik, tantangan dapat diatasi dan menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas. (T2)