InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Malaysia memutuskan untuk mempertahankan mandat campuran biodiesel pada tingkat 10 persen, dengan alasan keterbatasan keuangan dan tantangan infrastruktur. Pengumuman ini disampaikan oleh Menteri Perkebunan dan Komoditas Johari Abdul Ghani pada Senin, yang menyatakan bahwa baik pemerintah maupun industri tidak bersedia menanggung biaya perkiraan sebesar 643 juta ringgit ($146,20 juta) yang diperlukan untuk peningkatan infrastruktur.
Saat ini, Malaysia menerapkan mandat biodiesel 10 persen secara nasional, dengan campuran 20 persen yang diberlakukan di Labuan, Langkawi, dan Sarawak, kecuali Bintulu. Namun, perluasan campuran yang lebih tinggi secara nasional masih belum pasti karena keterbatasan pendanaan.
“Interaksi kami dengan pemangku kepentingan industri menunjukkan bahwa mereka ingin pemerintah membiayai ini, tetapi kami belum siap untuk mendanainya,” kata Johari dalam sesi parlemen dikutip InfoSAWIT dari Channel News Asia, Selasa (25/2/2025).
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Turun 0,97 Persen Pada Senin (24/2), Harga CPO di Bursa Malaysia Turun
Sementara itu, Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia, telah mempercepat program biodieselnya dengan mandat campuran B40. Kebijakan ini berkontribusi pada pengetatan pasokan di pasar global, membuat harga minyak sawit lebih mahal dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. (T2)