InfoSAWIT, BOGOR – Tiga tahun terakhir, proyek SustainPalm menjadi laboratorium besar bagi masa depan industri kelapa sawit. Lebih dari sekadar riset, kolaborasi Indonesia–Belanda ini menyatukan pengetahuan akademik, dukungan kebijakan, hingga praktik lapangan, demi menjawab tantangan sawit berkelanjutan.
Melibatkan IPB University, Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Wageningen University and Research (WUR), serta Van Hall Larenstein University of Applied Sciences (VHL), SustainPalm mendapat sokongan dari Kementerian Luar Negeri Belanda dan Kemenko Perekonomian RI.
Rektor IPB University, Prof Arif Satria, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas negara dan lintas sektor ini. Menurutnya, SustainPalm telah menghadirkan bukti bahwa sawit berkelanjutan bukan sebatas jargon, melainkan bisa diwujudkan lewat aksi nyata.
BACA JUGA: Serangga, Pekerja Sunyi di Balik Rp440 Triliun Industri Sawit
“From waste to wealth. Limbah sawit yang dulunya dianggap beban kini bisa diolah menjadi produk bernilai. SustainPalm adalah perjalanan bersama yang membuktikan sektor sawit mampu menopang kehidupan sekaligus menjaga bumi bagi generasi mendatang,” ujar Arif dalam SustainPalm Annual Meeting di IPB International Convention Center, Bogor, Senin lalu.
Salah satu terobosan lahir dari IPB University dengan pengembangan Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA). Sistem ini menggabungkan kebun sawit dengan peternakan sapi, sehingga lahan tak hanya menghasilkan minyak nabati, tetapi juga daging dan pupuk organik.
Selain itu, pendekatan intercropping atau tumpang sari turut diuji coba. Tanaman pisang, kacang koro, hingga kopi ditanam berdampingan dengan sawit. Hasilnya bukan hanya menambah pendapatan petani, tetapi juga memperbaiki kesehatan tanah dan membantu pengendalian hama secara alami.
BACA JUGA: Sembilan Petani Perempuan Siap Bawa Suara Kakao, Kopi, Karet, dan Sawit Indonesia ke Uni Eropa
Berbeda dari proyek riset pada umumnya, SustainPalm mengedepankan Communities of Practice (CoPs) dan LivingLabs (LLs). Model ini menempatkan petani, peneliti, perusahaan, dan pemerintah dalam satu meja diskusi, merumuskan solusi bersama yang sesuai dengan kondisi lokal.
Dengan cara ini, hasil riset tidak berhenti di jurnal ilmiah, tetapi bisa langsung diterapkan di lapangan. Petani kecil pun mendapat manfaat nyata dari praktik sawit yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan inklusif.
Meski periode proyek SustainPalm telah berakhir, semangat kolaborasi diharapkan tetap berlanjut. “Nilai-nilai keberlanjutan harus menjadi fondasi kebijakan, memperkuat komunitas, dan mengakar dalam DNA industri sawit Indonesia,” tegas Prof Arif dikutip InfoSAWIT dari IPB University, Senin (8/9/2025). (T2)