InfoSAWIT, JAKARTA – Rencana pemerintah meningkatkan bauran biodiesel dari B40 menjadi B50 kembali memantik perdebatan di kalangan ekonom dan pelaku industri. Di satu sisi, kebijakan ini dipandang sebagai langkah progresif menuju kemandirian energi berbasis sumber daya domestik. Namun di sisi lain, para analis memperingatkan adanya risiko beban fiskal, tekanan terhadap daya saing ekspor, hingga potensi distorsi pasar.
Rencana pemerintah untuk meningkatkan bauran biodiesel sawit dari B35 menjadi B50 mulai menuai beragam pandangan. Salah satunya datang dari Abra Talattov, Kepala Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Menurutnya, langkah menuju B50 harus didahului dengan evaluasi komprehensif terhadap implementasi kebijakan sebelumnya.
“Rencana kenaikan mandatory ke B50 sebaiknya diambil setelah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan amanat Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2024. Kita harus memahami bahwa kondisi saat ini berbeda dibanding saat kebijakan sebelumnya diterapkan,” ujar Abra kepada InfoSAWIT, belum lama ini di Jakarta.
Ia menjelaskan, saat kebijakan biodiesel diperkenalkan, harga minyak sawit mentah (CPO) berada pada titik rendah. Pemerintah kala itu memiliki motivasi untuk melindungi petani dari anjloknya harga. Namun kini, situasi pasar berubah. Harga minyak mentah dunia cenderung menurun, sementara harga CPO relatif stabil.
“Dengan situasi seperti ini, akan muncul risiko tambahan terhadap kebutuhan insentif biodiesel. Dampaknya bukan hanya pada industri, tetapi juga pada beban fiskal negara,” ungkapnya.
Abra menilai, sebelum mengambil keputusan untuk menerapkan B50 secara penuh pada 2026, pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai skenario. Evaluasi yang matang akan membantu menentukan apakah kebijakan tersebut layak diterapkan secara penuh, bertahap (gradual), atau bahkan ditunda jika beban biaya terlalu besar.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Sumut Periode 24 Desember 2025 – 6 Januari 2026 Naik Rp 8,9 per Kg
“Hasil evaluasi harus menjadi dasar pengambilan keputusan yang rasional dan objektif. Jika ternyata hasilnya menunjukkan beban fiskal dan industri terlalu berat, maka opsi penyesuaian—baik menurunkan maupun menunda target B50—perlu dipertimbangkan,” jelasnya. (*)
