InfoSAWIT, JAKARTA – Kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) lanjut sampai mencapai harga tertinggi dalam 10 minggu terakhirpada penutupan pasar hari Selasa lalu, ini terjadi lantaran persediaan minyak sawit Desember 2021 turun diluar perkiraan merujuk informasi dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB) pada hari Senin.
Harga minyak sawit Maret 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik RM 43 atau 0,8% menjadi RM 5,069 (US$1,210.50) per ton harga penutupan tertinggi sejak 3 Nopember.
Masih merujuk informasi dari MPOB, persediaan pada akhir Desember minyak sawit Malaysia turun diluar perkiraan sebesar 12,9 % dari bulan lalu sedangkan konsumsi domestik meningkat. Sementara Ekspor selama 1 – 10 Januari turun 40,6% dari bulan lalu pada periode yang sama menjadi 325,601 ton menurut cargo surveyor Societe Generale de Surveillance.
BACA JUGA : Mesti Lewat Dialog, Atasi Kisruh Sawit sampai Pabrik Tutup Sementara
Dikutip Vibiz Research, perkiraan bahwa permintaan minyak sawit berkurang selama ini akan kembali membaik dengan perkiraan permintaan meningkat menjelang Tahun Baru Imlek dengan pembelian dari Cina.
CGS – CIMB Research memperkirakan persediaan minyak sawit turun 4.5% dari bulan lalu menjadi 1,51 juta ton pada akhir Januari 2022, dengan produksi turun 12,5% dan ekspor turun 20%.
Karena turunnya persediaan global dari minyak nabati dan kekurangan pekerja di kebun sawit di Malaysia, harga CPO antara RM 4,500 – 5,500 per ton di Januari 2022, menurut CGS – CIMB Research.
Harga diperkirakan tetap tinggi sampai kuartal pertama sebelum harga akan turun setelah persediaan kembali naik, karena progress penggilingan biji sawit naik. Lantas, di Indonesia curah hujan meningkat di atas rata-rata sampai tahun 2022, yang dapat mengganggu panen dan mengurangi hasil panen. (T2)