InfoSAWIT, JAKARTA – Upaya pengosongan tangki minyak sawit di Indonesia telah mendorong pemerintah menerapkan beragam kebijakan guna menggenjot ekspor. Harapannya kegiatan ekspor terdongkrak dan bakal meningkatkan harga TBS Sawit petani. Faktanya harga minyak sawit masih dipengaruhi pasokan dan permintaan, selain campur tangan regulasi yang diterapkan.
Perdagangan minyak sawit tahun ini tidak seperti pada tahun sebelumnya, beragam kejadian telah berdampak terhadap harga minyak sawit yang terus berfluktuasi, misalnya saja akibat terjadinya invasi Rusia ke Ukaraina menyebabkan pasokan minyak bunga matahari tersendat, sontak membuat pasokan minyak nabati ke Uni Eropa terganggu.
Invasi Rusia ke Ukraina telah juga telah menciptakan kekosongan pasokan minyak nabati global. Pada akhirnya krisis ini telah memperkuat tekanan biaya dan gangguan pasokan di seluruh dunia. Harga minyak sawit telah meningkat secara substansial sebagai respons langsung terhadap kemungkinan gangguan pasokan minyak bunga matahari.
Beberapa minggu setelah pecahnya perang, rata-rata harga eceran minyak nabati di India seperti minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari masing-masing naik 12,5%, 8%, dan 14,4%.
Pada akhirnya gangguan pasokan itu justru menguntungkan perdagangan minyak sawit global, lantaran harga minyak sawit mampu mencapai puncak baru, melampaui harga minyak nabati sub tropis seperti minyak kedelai, karena konsumen mulai beralih ke minyak sawit guna menutup kekurangan pasokan.
Secara bersamaan, Indonesia selaku produsen utama minyak sawit di dunia justru menerapkan kebijakan yang tidak biasa, dengan menghentikan sementara ekspor minyak sawit nya guna mengatasi harga minyak goreng sawit di tingkat domestik, hasilnya kondisi ini terus mendorong harga minyak sawit terdongkrak.
Namun, tingginya harga minyak sawit mulai berangsur menurun paska ekspor minyak sawit Indonesia kembali dibuka. Seperti dilansir Reuters, Harga minyak sawit di Bursa Berjangka Malaysia tercatat turun lebih dari 1% pada akhir Juni 2022, yang telah menghentikan reli kenaikan harga sebelumnya selama dua hari, menyusul adanya kenaikan kuota ekspor CPO dari perusahaan sawit di Indonesia.
Dimana kontrak minyak sawit acuan FCPOc3 untuk pengiriman September 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun RM 68 per ton, atau turun sekitar 1,36%, menjadi RM 4.921 (US$ 1.118,92) per ton pada awal perdagangan.
Salah satu upaya dalam menggenjot perdagangan minyak sawit setelah keran ekspor di buka ialah dengan memberikan insentif ekspor, guna mempercepat proses pengosongan tangki CPO di sejumlah pabrik kelapa sawit di Indonesia yang terlihat penuh, akibat periode larangan ekspor minyak sawit. (T2)
Sumber: Majalah InfoSAWIT 2022