InfoSAWIT, JAKARTA – Dengan beragam kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia sedikit banyak berdampak kepada produsen nomor dua minyak sawit global, Malaysia. Bahkan upaya pemerintah Indonesia tersebut dianggap akan memperketat persaingan pasar minyak sawit global.
Maybank Investment Bank Bhd (Maybank IB) mencatat, tiga inisiatif yang diumumkan oleh Indonesia baru-baru ini kemungkinan akan meningkatkan ekspor minyak sawitnya bakal berdampak pada kegiatan ekspor minyak sawit Malaysia.
Sebelumnya pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa Indonesia akan menaikkan persyaratan Kewajiban Pasar Domestik (DMO) menjadi 1:9 dari 1:7, dan telah berkomitmen untuk meninjau harga referensi CPO setiap dua minggu, bukan setiap bulan, serta merevisi struktur Bea Keluar (BK).
BACA JUGA: Uji Layak B40 Hingga September 2022 Terjauh Mencapai 26.316 Km
Dalam catatan Maybank Investment, akibat harga referensi CPO Indonesia pada Agustus turun menjadi US$ 872,27 (RM 3,879) per ton, Bea Keluar-nya pun turun drastis menjadi US$ 52 per ton dari sebelumnya US$ 288 per ton untuk membantu meningkatkan ekspornya.
“Langkah-langkah ini kemungkinan akan mendorong ekspor minyak sawit Indonesia dan akan berdampak pada ekspor minyak sawit Malaysia,” demikian catat Maybank IB dalam laporannya.
BACA JUGA: Uji Layak Biodiesel sawit 40% (B40) Diprediksi Rampung Akhir Tahun 2022
Sementara itu, secara terpisah, CGS-CIMB memproyeksikan stok minyak sawit di Malaysia bakal meningkat 13,5% menjadi 2,0 juta ton pada akhir Agustus 2022 lantaran meningkatnya ekspor minyak sawit dari Indonesia. (T2)