InfoSAWIT, PETALING JAYA – Merujuk analisa perusahaan Riset Hong Leong Investment Bank (HLIB), adanya perubahan struktur Bea Keluar dan penghentian sementara Pungutan ekspor minyak sawit yang dilakukan pemerintah Indonesia berdampak pada kegiatan ekspor minyak sawit Malaysia.
Bagi perusahaan kelapa sawit terintegrasi catat lembaga riset asal Malaysia itu, harga bahan baku masih akan berfluktuatif lantaran biaya pengiriman yang masih tinggi sehingga menghambat tingkat keuntungan di sektor hilir.
Sebab itu HLIB Research mempertahankan prakiraan harga CPO untuk periode 2022 mencapai RM 5.050 per ton dan untuk tahun 2023 diperkirakan mencapai RM 4.000 pet ton, sementara di 2024 hanya akan mencapai RM 3.800 per ton.
BACA JUGA:Harga Minyak Sawit Dipengaruhi Regulasi
“Kami yakin harga CPO akan bertahan di atas RM 4.000 per ton selama beberapa bulan ke depan, kemungkinan hingga kuartal I di 2023 dan mulai mengalami tren turun menurun pada kuartal 2 tahun 2023,” catat riset HLIB seperti dikutip InfoSAWIT dari The Star.
Lebih lanjut analisa HLBI Research, perkiraan ini didukung beberapa faktor diantaranya pasokan minyak nabati lain yang lebih baik, lantas masih terjadinya kekurangan tenaga kerja perkebunan kelapa sawit di Malaysia, serta kondisi cuaca, meningkatnya risiko resesi global dan persediaan yang menumpuk di negara-negara pengimpor utama minyak sawit. (T2)