InfoSAWIT, MUMBAI – Permintaan minyak sawit telah meningkat lantaran harganya lebih ekonomis dibanding minyak kedelai dan minyak bunga matahari, termasuk didorong adanya kekhawatiran produksi di AS dan gangguan pasokan dari wilayah Laut Hitam.
Diungkapkan CEO Patanjali Foods Ltd, Sanjeev Asthana, dengan ekonomisnya harga minyak sawit telah mendorong konsumen beralih dari minyak kedelai dan minyak bunga matahari ke minyak sawit. “Dilakukan hampir dalam sebulan,” katanya.
Tercatat India merupakan pembeli terbesar minyak nabati di dunia dan mengimpor sekitar 1,09 juta ton minyak sawit pada Juli 2023, mencapai 60% lebih tinggi dari impor di Juni dan menjadi yang tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. “Impor minyak sawit India juga akan tetap kuat selama Agustus dan September,” kata Asthana dilansir InfoSAWIT dari Reuters.
BACA JUGA: Harga Saham Sawit Jumat 11 Agustus 2023 Naik Hingga 3,48 Persen
Saat ini harga minyak sawit berkisar US$ 910 per ton termasuk biaya, asuransi dan pengangkutan (CIF) ke India untuk pengiriman September 2023, dibandingkan dengan harga minyak kedelai yang mencapai US$ 1.050 per ton dan harga minyak bunga matahari US$ 1.010 per ton.
Kata beberapa pedagang, harga minyak kedelai melonjak dalam satu bulan terakhir karena kekhawatiran produksi di Amerika Serikat dan pasokan yang lebih rendah dari Argentina, sementara minyak bunga matahari menjadi mahal setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Jambi Periode 11-17 Agustus 2023 Turun Rp 10,63/kg, Cek Harganya..
Tercatat wilayah Laut Hitam menyumbang 60% dari produksi minyak bunga matahari dunia dan 76% dari ekspor. “Harga minyak sawit tidak naik, malah turun karena stok di negara produsen meningkat dan menjadi lebih murah untuk pembeli,” kata para pedagang. (T2)