InfoSAWIT, JAKARTA – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kembali melangkah maju dalam mendukung program biodiesel di Indonesia. Pada Selasa, 23 Januari 2024, BPDPKS melaksanakan acara penyerahan perjanjian kerjasama pendanaan untuk program mandatory biodiesel tahun 2024 di Jakarta.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Keuangan, Badan Usaha Bahan Bakar Nabati, dan Badan Usaha Bahan Bakar Minyak.
Dalam upaya memperkuat kerjasama antara BPDPKS dan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BUBBN), Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurachman, secara langsung menyerahkan 23 dokumen perjanjian kerjasama. Dalam sambutannya, Eddy Abdurachman menegaskan bahwa pelaksanaan perjanjian tersebut adalah wujud dari komitmen BPDPKS untuk selalu mendukung pendanaan program mandatori biodiesel.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Jambi Periode 26 Januari- 1 Februari 2024 Naik Rp. 47,36/Kg, Cek Harganya..
Dilansir InfoSAWIT dari laman BPDPKS, Eddy Abdurachman menyampaikan, bahwa pentingnya program mandatory biodiesel dalam menjaga fluktuasi harga Crude Palm Oil (CPO) dengan mengatur keseimbangan stok pada tingkat hulu dan penyerapan pada tingkat hilir. Ia juga menyoroti perlunya dukungan dan sinergi dari berbagai pihak untuk berhasilnya program ini, yang bertujuan optimalisasi pemanfaatan CPO menjadi biodiesel sehingga dapat membentuk pasar baru.
Menurut Eddy, penyaluran selisih harga biodiesel sawit akan membantu menjaga harga CPO tetap stabil dan mendukung terlaksananya program mandatori biodiesel sebagai kebijakan nasional. Hal ini tidak hanya berkontribusi pada perbaikan neraca perdagangan Indonesia dengan mengurangi impor minyak solar, tetapi juga berperan dalam penurunan emisi gas rumah kaca melalui pengembangan energi baru dan terbarukan.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Turun Tipis Pada Kamis (25/1)
Sementara Asisten Deputi Minyak dan Gas, Pertambangan, dan Petrokimia dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Herry Permana menekankan, bahwa komitmen Indonesia dalam mencapai energi bersih. Ia memaparkan langkah-langkah kebijakan pengembangan biodiesel, mulai dari B20, B30, hingga B35, yang telah diimplementasikan sebagai satu-satunya di dunia. Herry juga menyoroti perlunya proses matang dalam menghadapi transisi energi, dengan komitmen penuh pada penggunaan energi terbarukan guna mendukung kebutuhan energi dalam negeri dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. (T2)