InfoSAWIT, JAKARTA – Dalam upaya mendorong praktik sawit berkelanjutan di Indonesia, rupanya lembaga nirlaba multi stakeholder Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) tidak hanya bekerja sendirian, melainkan juga melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak di Indonesia. Bahkan kerjasama untuk mendorong praktik sawit berkelanjutan itu juga melibatkan beberapa pemerintah daerah (Pemda).
Misalnya saja beberapa inisiatif yang telah dilakukan diantaranya kerjasama antara RSPO dan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Jambi untuk meningkatkan inklusi petani kelapa sawit melalui sertifikasi ISPO untuk mensertifikasi lebih dari 1.100 petani sawit kecil.
Tercatat RSPO juga berkolaborasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil Menengah) dalam beberapa program yang bertujuan untuk memperkuat dan mengembangkan koperasi petani kecil mandiri.
BACA JUGA: Uni Eropa Sepakat Intensifkan Penggunaan Sustainable Aviation Fuel, Bukan Berbasis Sawit dan Kedelai
Lantas, RSPO mendorong sertifikasi bersama karena dianggap terjangkau oleh kelompok petani kecil. Salah satu contohnya adalah Lanskap Aceh Tamiang di mana lebih dari 2.500 petani mandiri (ISH) merupakan bagian dari sertifikasi bersama. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengakses rantai nilai global dan pasar yang baru.
Dalam peluncuran Peta Jalan Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan (Peta Jalan KSB Aceh) 2023-2045, tercatat Provinsi Aceh telah berhasil menghantarkan 2.500 Petani Swadaya Aceh meraih sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada tahun 2023.
Dalam sambutannya PJ. Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, yang dibacakan Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Bustami Hamzah, pemerintah Aceh telah menyusun Peta Jalan Kelapa Sawit Berkelanjutan Aceh untuk periode 2023-2045. Visi Peta Jalan Kelapa Sawit Berkelanjutan Aceh adalah Kelapa Sawit Berkelanjutan sebagai pilar utama pembangunan ekonomi yang terbuka guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh.
BACA JUGA: Berkat Program SISKA Populasi Sapi Milik Petani Sawit Melesat
“Permintaan pasar global kelapa sawit berkelanjutan menjadi peluang bagi Aceh. Hal ini dikarenakan Aceh merupakan provinsi pertama di Indonesia yang menjadi sentra produksi sawit sejak tahun 1911 di Aceh Tamiang yang telah memiliki model produksi berkelanjutan,” katanya disela acara Roundtable Meeting RSPO (RT2023), pada akhir November 2023, yang dihadiri InfoSAWIT, di Jakarta.
Termasuk inisiatif serupa dipimpin oleh GiZ di Kalimantan Timur yang telah menghasilkan sertifikasi bersama untuk lebih dari 1.500 petani sawit kecil. (T2)