InfoSAWIT, LONDON – Unilever, yang dikenal sebagai pemilik merek ternama seperti Marmite dan Dove, baru-baru ini menghadapi rapat umum tahunan (RUPS) yang penuh dengan ketegangan. Para aktivis mengonfrontasi dewan direksi perusahaan mengenai dampak Unilever terhadap manusia dan planet bumi. Meskipun perusahaan dianggap sebagai pelopor dalam kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), keputusan baru-baru ini mereka untuk mengurangi skala target dan memperpanjang beberapa tenggat waktu menuai kecaman.
Tim kepemimpinan eksekutif, yang mengalami beberapa perubahan dalam setahun terakhir, juga merilis strategi pertumbuhan baru yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan pemegang saham setelah kinerja yang “mengecewakan” selama beberapa tahun terakhir.
Meskipun dalam RUPS pada Rabu, (1/5/2024), para pemegang saham memberikan dukungan yang kuat terhadap Rencana Aksi Transisi Iklim yang baru diperbarui dengan 98% mendukung, dewan direksi terpaksa mempertahankan rencana mereka yang baru karena para pemegang saham menyatakan keprihatinan mereka atas kompromi perusahaan terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan.
BACA JUGA: Harga Referensi CPO Menguat, Bea Keluar dan Pungutan Ekspor CPO Mei 2024 Ditetapkan US$ 142 Per Ton
Sebelum RUPS dimulai, puluhan pengunjuk rasa berkumpul di luar Hilton Bankside London, memegang poster-protes bertuliskan “Unilever: Hentikan greenwashing” dan “Tidak ada perekonomian di planet yang mati”. Di dalam ruangan, para aktivis Greenpeace menginterupsi pidato pembukaan ketua Ian Meakins dan menyerahkan surat terbuka dengan 140.000 tanda tangan yang menyerukan Unilever untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Dilansir InfoSAWIT dari Dailymail, ketika staf keamanan mengawal para aktivis keluar, seorang wanita menyuarakan ketidakpuasan kepada CEO Unilever, Hein Schumacher, menyebutnya sebagai “pencemar plastik murahan” dan menuntut perubahan.
Pertanyaan dari pemegang saham didominasi oleh kekhawatiran ESG terhadap perubahan iklim, kesehatan konsumen, dan kehadiran Unilever di Rusia. Meskipun dewan direksi bersikeras bahwa keberlanjutan tetap menjadi fokus utama bisnis mereka, beberapa aktivis dari Friends of the Earth (FOE) menyoroti apakah Unilever akan memenuhi target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 48% pada tahun 2030.
BACA JUGA: KPK Sita Pabrik Sawit dan Rumah Mewah Milik Bupati Labuhanbatu Nonaktif
Dalam tanggapannya, CEO Unilever, Hein Schumacher menegaskan komitmen Unilever terhadap keberlanjutan dan menunjukkan kredibilitas perusahaan tersebut dalam hal tersebut. Namun, aktivis masih menyoroti isu-isu seperti pengambilan tanah oleh perusahaan yang terkait dengan rantai pasokan Unilever, seperti PT Astra Agro Lestari (AALI) di Sulawesi Tengah, Indonesia.