InfoSAWIT, ACEH – Gampong Tanjong Seureikuy di Pirak Timur dan Desa Aleu Leukot di Paya Bakong kini resmi terdaftar sebagai anggota dari Asosiasi Desa Berbasis Sawit Indonesia (Adesi). Langkah ini diambil setelah terbitnya Inpres Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN KSB) dan pembentukan Asosiasi Desa Sawit Indonesia (Adesi) yang difasilitasi oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) pada tahun 2023.
Namun, di tengah kemajuan ini, Keuchik Gampong Tanjong Seureikuy, Jamuluddin Abd Hamid, menyampaikan bahwa desanya sangat membutuhkan bantuan sosial melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Bapco, perusahaan kelapa sawit yang beroperasi di dekat mereka. “Saat ini kami sangat membutuhkan bantuan untuk rehabilitasi infrastruktur seperti jalan desa, lorong-lorong, balai pengajian, dan drainase,” ujarnya kepada InfoSAWIT pada Jumat (21/6/2024).
Jamuluddin menekankan bahwa perhatian terhadap Gampong sangat kurang, meskipun wilayah tersebut berdampingan langsung dengan perkebunan kelapa sawit PT Bapco yang sebenarnya merupakan wilayah binaan perusahaan tersebut. “Jalan desa kami sudah dibatasi oleh parit yang digali PT Bapco di pinggir jalan. Kami khawatir badan jalan akan longsor, terutama saat hujan deras,” tambahnya.
BACA JUGA: Pendekatan Yurisdiksi Mendorong Percepatan Sertifikasi ISPO Bagi Petani Kelapa Sawit Swadaya
Selain infrastruktur, Jamuluddin juga berharap PT Bapco dapat memberikan CSR untuk keperluan umum lainnya. “Selama ini jalan desa kami juga sering digunakan oleh karyawan PT Bapco untuk berangkat dan pulang kerja. Kami meminta PT Bapco memberikan CSR setiap tahun untuk desa kami, serta menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat,” ungkapnya.
Keuchik juga menyebut bahwa masyarakat Gampong kini lebih memahami peraturan terkait perkebunan dan ketenagakerjaan, termasuk UU Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan dan UU Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020. Ia berharap perusahaan dapat lebih mendekati dan memperhatikan desa, serta membuka diskusi tentang tanggung jawab sosial mereka.
Senada dengan Jamuluddin, Keuchik Gampong Aleu Leukot di Kecamatan Paya Bakong juga menyampaikan keluhan serupa. Meski berdampingan dengan kebun PT Bapco, mereka merasa kurang diperhatikan. “Pendekatan sosial dari PT Bapco sangat kurang, sementara banyak infrastruktur yang perlu dibangun, termasuk jalan dan drainase,” ujar Keuchik Aleu Leukot.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Jambi Periode 21-27 Juni 2024 Naik Rp 35,3/Kg, Cek Harganya..
Dana desa yang terbatas setiap tahunnya, yang harus dialokasikan untuk berbagai kebutuhan seperti pembangunan infrastruktur, bantuan langsung tunai (BLT), stunting, dan ketahanan pangan, membuat masyarakat sangat membutuhkan dukungan dari CSR PT Bapco. “Kami hanya meminta PT Bapco memenuhi kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan tanpa meminta berlebihan,” pungkas Jamuluddin.
Dengan terdaftarnya Gampong Tanjong Seureikuy dan Aleu Leukot sebagai Desa Berbasis Sawit Indonesia, diharapkan adanya peningkatan kerja sama antara pemerintah, perusahaan perkebunan, dan masyarakat desa untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif di sektor kelapa sawit. (T2)