Ini Alasan Pemerintah Mengubah BPDPKS Jadi BPDP

oleh -7381 Dilihat
Editor: Redaksi InfoSAWIT
infosawit
Dok. InfoSAWIT/Kantor Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Jakarta.

InfoSAWIT, JAKARTA – Pemerintah Indonesia berencana memperluas peran Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan mengonversinya menjadi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) yang mencakup lebih banyak komoditas perkebunan, seperti kakao, kelapa, dan karet. Langkah ini diambil untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing ketiga komoditas tersebut, yang saat ini tertinggal jauh dari industri kelapa sawit.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa perluasan peran BPDPKS ini bertujuan untuk mendorong ekonomi daerah penghasil komoditas perkebunan, terutama di Sumatra dan Kalimantan. “Di Sumatra dan Kalimantan, penggerak ekonominya adalah kebun. Oleh karena itu, kami mendorong industri kakao, kelapa, dan karet agar tidak tertinggal dari kelapa sawit,” ujar Airlangga kepada para pewarta di kantornya, Jakarta, Kamis (25/7/2024).


Menurut Airlangga, perubahan BPDPKS menjadi BPDP sudah dibahas dalam rapat koordinasi dengan Kementerian Perdagangan. Pemerintah menyadari pentingnya mendorong industri perkebunan dalam negeri untuk meningkatkan perekonomian dan menciptakan peluang baru di sektor ini. Dengan konversi ini, diharapkan produktivitas sektor perkebunan akan meningkat, sehingga tidak tertinggal jauh dari industri kelapa sawit yang selama ini mendominasi.

BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Naik 0,51 Persen Pada Kamis (24/7), di Bursa Malaysia Harga CPO Turun

“Kakao, misalnya, dulu memiliki luas kebun sekitar 800 ribu hektare pada saat puncaknya. Namun, kini luas kebun tersebut di bawah 200 ribu hektare. Sehingga industri yang kami bangun malah kekurangan bahan baku. Kelapa, karet, dan kakao tertinggal jauh dari kelapa sawit, padahal semuanya memiliki potensi yang sama. Oleh karena itu, BPDP akan ditugaskan untuk revitalisasi kakao, karet, dan kelapa,” jelas Airlangga.

Airlangga juga menyoroti bahwa di Thailand sudah ada bibit kelapa dengan pohon yang pendek, sehingga memudahkan proses panen. “Kelapa di Thailand sudah ada bibitnya untuk yang pohonnya pendek. Sehingga untuk panennya lebih mudah, hampir mirip dengan panen kelapa sawit. Sedangkan untuk industri makanan dan minuman, kelapa, aren, dan lainnya sangat diperlukan,” tambahnya.

BACA JUGA: Harga TBS Sawit Jambi Periode 26 Juli-1 Agustus 2024 Naik Rp 39,93/Kg,

Revitalisasi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan produksi komoditas kakao, kelapa, dan karet tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi daerah penghasil komoditas perkebunan. Langkah ini menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk diversifikasi ekonomi dan peningkatan daya saing komoditas perkebunan Indonesia di pasar global. (T2)

InfoSAWIT

InfoSAWIT

Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com