InfoSAWIT, JAKARTA – Skema kemitraan sejatinya menjadi kunci dalam mendukung pengembangan perkebunan kelapa sawit nasional. Lantaran dengan kemitraan menjamin rantai pasok yang sehat dan memastikan pengelolaan kebun yang efisien.
Kemitraan antara petani sawit dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit besar masih menjadi topik hangat dalam industri kelapa sawit Indonesia. Hingga kini, menurut Kompartemen Kebijakan & Sosialisasi PSR, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Muhammad Iqbal, masih sekitar 71% dari total petani sawit di Indonesia belum memiliki kemitraan resmi. Padahal, pemerintah telah mewajibkan kemitraan untuk menciptakan rantai pasok yang terstruktur dan memastikan keberlanjutan sektor kelapa sawit di Tanah Air.
Menurut Iqbal, tujuan utama kemitraan adalah untuk menjamin rantai pasok yang sehat dan memastikan pengelolaan kebun yang efisien. Namun, kemitraan ini menghadapi tantangan besar di lapangan. Sebagian besar petani sawit swadaya memiliki kendala dalam aspek manajerial dan teknis untuk mengelola perkebunan sawit dengan standar industri.
BACA JUGA: Kabupaten Buton Gelar Uji Publik Rencana Aksi Daerah Kelapa Sawit Berkelanjutan 2024
Tidak hanya itu, faktor budaya dan sejarah transmigrasi yang melibatkan pengelolaan lahan oleh keluarga, menjadikan banyak petani enggan bermitra dan lebih memilih mengelola kebun sawitnya secara mandiri.
“Petani yang mengelola lahan sawitnya sendiri merasa lebih nyaman untuk tidak bergabung dalam koperasi atau kemitraan formal karena alasan fleksibilitas dan kebebasan dalam pengelolaan. Selain itu, beberapa generasi petani juga masih memegang teguh prinsip otonomi lahan dan tidak ingin terikat dengan perusahaan besar,” ungkap Iqbal, pada acara FGD SAWIT BERKELANJUTAN VOL 16, bertajuk “Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Menumbuhkan Ekonomi Masyarakat Perdesaan”, yang diadakan media InfoSAWIT yang didukung BPDPKS, awal November 2024, di Jakarta.
BACA JUGA: Petani Sawit Swadaya Lakukan Kolaborasi dalam Hari Temu Tani Indragiri Hulu, songsong ISPO dan RSPO
Alasan lain yang pula membuat petani enggan bermitra adalah masalah pembiayaan. Dalam skema kemitraan, bank seringkali meminta jaminan dari perusahaan mitra untuk memberikan pinjaman bagi petani. Hal ini berarti perusahaan mitra akan bertanggung jawab mengelola lahan sampai pinjaman tersebut lunas. Kondisi ini terkadang membuat petani merasa terikat secara finansial, apalagi biaya produksi terus meningkat. (T2)