InfoSAWIT, KUALA LUMPUR – Harga crude palm oil (CPO) diperkirakan akan tetap tinggi pada paruh pertama 2025 (1H 2025), dengan kisaran RM4,400 hingga RM4,800 per ton. Namun, harga diprediksi akan moderat pada paruh kedua 2025 (2H 2025) menjadi RM4,000 hingga RM4,400 per ton seiring dengan puncak musim produksi.
Menurut RHB Investment Bank Bhd (RHB IB), proyeksi ini didukung oleh sejumlah faktor, termasuk rendahnya produksi dan stok di Indonesia pada 2024, peningkatan mandat biodiesel di Indonesia untuk 2025, serta pasokan minyak bunga matahari dan rapeseed yang lebih ketat pada tahun depan.
“Faktor-faktor tersebut akan menyebabkan defisit minyak dan lemak global yang lebih nyata pada 2025. Hal ini akan mendorong harga minyak nabati lebih tinggi, dengan rasio stok terhadap penggunaan untuk 17 jenis minyak dan lemak mencapai titik terendah dalam 15 tahun, yaitu 12,6 persen,” tulis RHB IB dalam lapaorannya dikutip InfoSAWIT dari Bernama, Rabu (14/1/2025).
BACA JUGA: Bea Cukai Parepare Dorong Geliat Ekspor Sawit ke Jepang
Namun, sejumlah risiko penurunan juga diidentifikasi, termasuk ketegangan geopolitik, perubahan signifikan harga minyak mentah, anomali cuaca, kondisi tenaga kerja yang memburuk di Malaysia, serta potensi revisi kebijakan pajak dan perdagangan di Indonesia.
RHB IB mempertahankan rekomendasi “overweight” pada sektor perkebunan, dengan ekspektasi bahwa harga CPO yang lebih tinggi dan stabil pada 2025 akan meningkatkan kinerja sektor ini.
Kenanga Investment Bank Bhd (Kenanga IB) dan CIMB Securities Sdn Bhd juga memberikan rekomendasi serupa. Kenanga IB menilai bahwa ketatnya pasokan minyak nabati akan menjaga harga CPO tetap tinggi.
BACA JUGA: PTPN III Jajaki Kerja Sama Strategis dengan Basic International Investment di Tiongkok
“Indeks harga minyak nabati Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) naik 33 persen secara tahunan pada 2024, meskipun mengalami penurunan tipis bulan-ke-bulan,” ungkap Kenanga IB. Dari empat minyak nabati utama—kelapa sawit, kedelai, rapeseed, dan bunga matahari—minyak sawit tetap menjadi pemimpin harga.
CIMB Securities memproyeksikan stok minyak sawit naik 1,0 persen bulan-ke-bulan (m-o-m) menjadi 1,73 juta ton pada Januari 2025, didorong oleh lemahnya ekspor dan konsumsi domestik.
Namun, produksi CPO diperkirakan turun 8,0 persen m-o-m menjadi 1,37 juta ton akibat faktor musiman, sementara ekspor minyak sawit diprediksi turun 16 persen m-o-m menjadi 1,13 juta ton. Perbedaan harga CPO yang signifikan dibandingkan minyak kedelai dan rapeseed mendorong konsumen beralih ke alternatif yang lebih murah.
BACA JUGA: PT Kilang Pertamina Internasional Raih Sertifikasi ISCC untuk Produksi SAF dari Minyak Jelantah
Di sisi lain, adopsi biodiesel B40 di Indonesia yang direncanakan pada akhir kuartal pertama 2025 diperkirakan akan meningkatkan permintaan domestik untuk minyak sawit.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, CIMB Securities mempertahankan proyeksi harga rata-rata CPO sebesar RM4,200 per ton untuk 2025. (T2)