InfoSAWIT, JAKARTA – Ekspor minyak sawit Indonesia pada Januari 2025 mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Berdasarkan laporan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), total ekspor pada bulan ini mencapai 1,96 juta ton, lebih rendah 100 ribu ton dibandingkan ekspor Desember 2024 yang mencapai 2,06 juta ton.
Penurunan terbesar terjadi pada ekspor minyak sawit mentah (CPO), yang turun drastis sebesar 43,58% dari 69 ribu ton pada Desember 2024 menjadi 39 ribu ton. Ekspor oleokimia juga mengalami penurunan sebesar 9,43%, dari 428 ribu ton menjadi 388 ribu ton. Sementara itu, ekspor produk olahan CPO turun tipis 1,1%, dari 1,465 juta ton menjadi 1,449 juta ton.
Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, mengungkapkan bahwa penurunan ekspor juga tercermin dalam volume pengiriman ke beberapa negara tujuan utama. Ekspor ke Pakistan mengalami penurunan terbesar, yakni 199 ribu ton atau turun 53%. “Penurunan juga terjadi untuk China sebesar 42% (197 ribu ton), India 36% (62 ribu ton), Malaysia 41% (60 ribu ton), dan Amerika Serikat 22% (49 ribu ton),” katanya dalam keterangan resmi kepada InfoSAWIT, Jumat (28/3/2025).
BACA JUGA: Satgas PKH Belum Bisa Tagih Denda Perusahaan Sawit di Kawasan Hutan
Namun, ekspor ke Uni Eropa justru meningkat sebesar 53% (69 ribu ton). Kenaikan juga terjadi untuk wilayah Afrika sebesar 18% (48 ribu ton), terutama ke Mesir yang melonjak 73% (37 ribu ton).
Penurunan ekspor ini turut berdampak pada nilai ekspor minyak sawit Indonesia. Harga minyak sawit di pasar internasional turun dari US$ 1.313 per ton pada Desember 2024 menjadi US$ 1.208 per ton pada Januari 2025. Akibatnya, nilai ekspor turun dari US$ 2,379 miliar (setara Rp 38 triliun) menjadi US$ 2,274 miliar (setara Rp 36 triliun).
Dengan kondisi produksi, konsumsi, dan ekspor yang ada, stok minyak sawit di akhir Januari 2025 meningkat 360 ribu ton, dari 2,576 juta ton menjadi 2,936 juta ton. Kenaikan stok ini dapat mempengaruhi pergerakan harga minyak sawit dalam beberapa bulan mendatang. (T2)