InfoSAWIT, CIKEUSIK – Kabar baik datang dari Desa Nanggala, Kecamatan Cikeusik. Aryadi, seorang pekebun dari Kelompok Tani (Poktan) Neglasari, berhasil melakukan panen padi gogo di lahan perkebunan sawit pada awal Maret lalu (6/3/2025). Panen ini menjadi bukti bahwa pola tanam tumpang sisip (tusip) antara padi gogo dan kelapa sawit mampu memberikan manfaat ganda bagi pekebun.
Aryadi menjelaskan bahwa luas lahan yang ditanami padi gogo di kelompoknya mencapai 25 hektare. Selain itu, terdapat tiga kelompok tani lain di desa yang juga menerapkan pola serupa, sehingga total luas tanam padi gogo mencapai sekitar 100 hektare. Sementara itu, lahan perkebunan sawit yang dikelola masyarakat setempat mencakup 200 hektare dengan produksi sawit rata-rata 20-30 ton per hektare per tahun. Saat ini, usia tanaman sawit telah memasuki tahun kelima.
Menurut Aryadi, padi gogo mulai ditanam pada awal musim penghujan, yaitu November hingga Desember, dan kini telah menghasilkan panen dengan produktivitas antara 2 hingga 3,5 ton per hektare. “Program Kementerian Pertanian khususnya untuk padi gogo di lahan perkebunan ini sangat membantu pekebun. Manfaatnya tentu besar, baik sebagai tambahan penghasilan sebelum sawit menghasilkan secara optimal maupun dalam mendukung swasembada pangan,” ujar Aryadi dilansir InfoSAWIT dari lama resmi Ditjebun, Minggu (30/3/2025).
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kaltim Periode II-Maret 2025 Naik Rp 77,57 per Kg
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan terus menggencarkan penanaman padi gogo di lahan kering dan perkebunan guna mempercepat pencapaian swasembada pangan. Keunggulan padi gogo terletak pada kemampuannya tumbuh di lahan kering, berbeda dengan varietas padi lain yang membutuhkan lahan basah atau berair. Harapannya, padi gogo dapat menjadi solusi ketahanan pangan nasional di masa mendatang.
Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto, menyatakan bahwa penanaman padi gogo di sela kebun sawit merupakan bagian dari program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Program ini tidak hanya berfokus pada peremajaan sawit, tetapi juga menawarkan solusi untuk ketahanan pangan melalui tumpang sisip padi gogo. Pemerintah telah menetapkan bahwa PSR mendatang akan mencakup bantuan benih padi gogo bagi pekebun, selain bantuan untuk penumbangan dan pembersihan lahan, herbisida, serta pupuk.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Kalbar Periode IV-Maret 2025 Naik Rp 46,29 per Kg
Dengan keberhasilan panen ini, integrasi padi gogo dengan perkebunan sawit diharapkan dapat semakin berkembang dan menjadi model pertanian berkelanjutan yang memberikan manfaat ekonomi dan ketahanan pangan bagi masyarakat. (T2)