InfoSAWIT, JAKARTA — Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan strategi besar pemerintah dalam memperkuat ketahanan energi nasional melalui program hilirisasi Crude Palm Oil (CPO) untuk biodiesel B50. Langkah ini disebut tidak hanya akan menghentikan impor solar, tetapi juga memberikan kendali lebih besar bagi Indonesia terhadap harga CPO dunia.
“Jika 5,3 juta ton CPO kita gunakan untuk B50, Indonesia bisa menghentikan impor solar dan sekaligus menghemat devisa negara. Selain itu, kita dapat mengendalikan harga CPO dunia, karena 60 persen produksinya ada di Indonesia,” ujar Amran dengan penuh keyakinan dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (9/10/2025).
Menurutnya, Indonesia selama ini masih mengekspor sebagian besar CPO dalam bentuk mentah, sehingga nilai tambah banyak dinikmati negara lain. Melalui hilirisasi dan konversi sebagian CPO untuk bahan bakar nabati (biofuel), Indonesia tidak hanya memperkuat sektor energi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani dan pendapatan nasional.
BACA JUGA: REA Kaltim Bangun Kemitraan Sawit Inklusif di Kutai Kartanegara
“Selama ini kita menjual bahan mentah, padahal dari tandan buah segar bisa diolah menjadi FAME atau biofuel, lalu minyak goreng, margarin, hingga mentega. Value added-nya harus ada di Indonesia,” tegasnya.
Langkah pengalihan 5,3 juta ton CPO ke sektor biodiesel menjadi bagian dari arah baru pembangunan pertanian yang berfokus pada hilirisasi dan industrialisasi hasil pertanian. Amran menyebut, keberhasilan menjaga ketahanan pangan nasional kini memberi ruang bagi pemerintah untuk melangkah lebih jauh: membangun kemandirian energi berbasis hasil pertanian.
“Ketahanan pangan sudah on track, sekarang kita masuk ke tahap berikutnya: hilirisasi perkebunan, hortikultura, dan peternakan. Kita ingin hasil pertanian tidak lagi dijual mentah, tapi diolah menjadi produk bernilai tinggi,” ungkapnya.
BACA JUGA: Harga CPO KPBN Inacom Withdraw pada Jumat (10/10), Perdagangan CPO di Bursa Malaysia Ditutup Melemah
Ia mencontohkan, potensi nilai tambah yang luar biasa dari komoditas kelapa. Indonesia mengekspor sekitar 2,8 juta ton kelapa per tahun dengan nilai Rp24 triliun. Jika diolah menjadi produk turunan seperti coconut milk, nilai ekonominya bisa meningkat hingga 100 kali lipat atau mencapai Rp2.400 triliun.