InfoSAWIT, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian kecil model iklim global menunjukkan potensi munculnya La Niña lemah pada akhir tahun 2025. Fenomena ini, meski berskala ringan, diperkirakan dapat meningkatkan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia — terutama di kawasan barat dan tengah Nusantara.
BMKG menjelaskan, awal musim hujan di Indonesia tidak terjadi serentak. Sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan telah memasuki musim hujan lebih awal, bahkan sebelum September 2025. Selanjutnya, hujan diprediksi akan meluas ke bagian selatan dan timur Tanah Air, dengan sebagian besar wilayah mengalami puncak musim hujan pada September hingga November 2025.
Menanggapi kondisi tersebut, perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyatakan telah menyiapkan langkah antisipatif menghadapi potensi perubahan cuaca ini.
BACA JUGA: Pemerintah Matangkan Implementasi B50, Targetkan Indonesia Tak Lagi Impor Solar pada 2026
“Fenomena iklim seperti El Niño dan La Niña merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dihindari, namun yang paling penting adalah kemampuan perusahaan mengantisipasi sejak dini dan beradaptasi terhadap dampaknya melalui pengelolaan berbasis data dan teknologi presisi,” ujar Noor Falich, Direktur Perkebunan dan Agronomi TLDN, dilansir InfoSAWIT dari Bloomberg Technoz, Senin (13/10/2025).
La Niña Jadi Peluang
Berbeda dengan El Niño yang cenderung membawa kekeringan, La Niña sering kali menimbulkan curah hujan lebih tinggi. Namun bagi TLDN, kondisi ini justru dapat memberikan efek positif, khususnya di wilayah perkebunan mereka yang berada di Pulau Kalimantan.
“Pada kejadian La Niña atau cuaca basah, curah hujan yang turun pada sore atau malam hari berdampak positif terhadap pembentukan buah dan peningkatan jumlah Tandan Buah Segar (TBS),” jelas Noor. “Kami juga memanfaatkan sistem peringatan dini (early warning system) untuk hama dan penyakit, serta memastikan akses panen dan transportasi TBS ke pabrik tetap lancar.”
BACA JUGA: Konglomerat Malaysia Genting Masuk ke Sentul: Dari Perkebunan Sawit ke Bisnis Properti Indonesia
Menurut Noor, berdasarkan data historikal TLDN, dampak La Niña relatif lebih ringan dibanding El Niño terhadap produktivitas. Sementara pada periode kekeringan, perusahaan mengandalkan teknologi untuk menekan penurunan hasil.
Teknologi Jadi Kunci Adaptasi Iklim
TLDN mengandalkan platform Teladan Productivity Technology Science (TPTS) — sistem berbasis Internet of Things (IoT) — untuk memantau kondisi iklim, kelembapan tanah, serta kesehatan tanaman secara real-time. Teknologi ini memungkinkan pengambilan keputusan lebih cepat, termasuk pengaturan pola tanam dan panen.