TLDN Siap Hadapi Potensi La Niña 2025, Curah Hujan Justru Dianggap Untungkan Produksi Sawit

oleh -519 Dilihat
Editor: Redaksi InfoAWIT
infosawit
Dok. Istimewa/Salah satu kebun sawit TLDN.

InfoSAWIT, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian kecil model iklim global menunjukkan potensi munculnya La Niña lemah pada akhir tahun 2025. Fenomena ini, meski berskala ringan, diperkirakan dapat meningkatkan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia — terutama di kawasan barat dan tengah Nusantara.

BMKG menjelaskan, awal musim hujan di Indonesia tidak terjadi serentak. Sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan telah memasuki musim hujan lebih awal, bahkan sebelum September 2025. Selanjutnya, hujan diprediksi akan meluas ke bagian selatan dan timur Tanah Air, dengan sebagian besar wilayah mengalami puncak musim hujan pada September hingga November 2025.

Menanggapi kondisi tersebut, perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyatakan telah menyiapkan langkah antisipatif menghadapi potensi perubahan cuaca ini.

BACA JUGA: Pemerintah Matangkan Implementasi B50, Targetkan Indonesia Tak Lagi Impor Solar pada 2026

“Fenomena iklim seperti El Niño dan La Niña merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dihindari, namun yang paling penting adalah kemampuan perusahaan mengantisipasi sejak dini dan beradaptasi terhadap dampaknya melalui pengelolaan berbasis data dan teknologi presisi,” ujar Noor Falich, Direktur Perkebunan dan Agronomi TLDN, dilansir InfoSAWIT dari Bloomberg Technoz, Senin (13/10/2025).

 

La Niña Jadi Peluang

Berbeda dengan El Niño yang cenderung membawa kekeringan, La Niña sering kali menimbulkan curah hujan lebih tinggi. Namun bagi TLDN, kondisi ini justru dapat memberikan efek positif, khususnya di wilayah perkebunan mereka yang berada di Pulau Kalimantan.

“Pada kejadian La Niña atau cuaca basah, curah hujan yang turun pada sore atau malam hari berdampak positif terhadap pembentukan buah dan peningkatan jumlah Tandan Buah Segar (TBS),” jelas Noor. “Kami juga memanfaatkan sistem peringatan dini (early warning system) untuk hama dan penyakit, serta memastikan akses panen dan transportasi TBS ke pabrik tetap lancar.”

BACA JUGA: Konglomerat Malaysia Genting Masuk ke Sentul: Dari Perkebunan Sawit ke Bisnis Properti Indonesia

Menurut Noor, berdasarkan data historikal TLDN, dampak La Niña relatif lebih ringan dibanding El Niño terhadap produktivitas. Sementara pada periode kekeringan, perusahaan mengandalkan teknologi untuk menekan penurunan hasil.

 

Teknologi Jadi Kunci Adaptasi Iklim

TLDN mengandalkan platform Teladan Productivity Technology Science (TPTS) — sistem berbasis Internet of Things (IoT) — untuk memantau kondisi iklim, kelembapan tanah, serta kesehatan tanaman secara real-time. Teknologi ini memungkinkan pengambilan keputusan lebih cepat, termasuk pengaturan pola tanam dan panen.


Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO, biodiesel dan industri kelapa sawit setiap hari dengan bergabung di Grup Telegram "InfoSAWIT - News Update", caranya klik link InfoSAWIT-News Update, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.


Atau ikuti saluran Whatsapp "InfoSAWIT News", caranya klik link InfoSAWIT News dan Group Whatsapp di InfoSAWIT News Update

Untuk informasi langganan dan Iklan silahkan WhatsApp ke Marketing InfoSAWIT_01 dan Marketing InfoSAWIT_02 atau email ke sawit.magazine@gmail.com