InfoSAWIT, KUALA LUMPUR — Chief Executive Officer Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Joseph D’Cruz, menyerukan agar seluruh anggota dan pemangku kepentingan industri sawit dunia memperkuat dukungan terhadap petani kecil. Pesan tersebut ia sampaikan dalam pidato kunci pada ajang RSPO Annual Roundtable Conference on Sustainable Palm Oil (RT2025) dihadiri InfoSAWIT, yang digelar di Kuala Lumpur, Senin (3/11/2025).
Joseph mengingatkan bahwa di tengah meningkatnya tantangan global, semangat kolaborasi yang menjadi dasar terbentuknya RSPO dua dekade lalu harus terus dijaga. “Tahun lalu di Bangkok, kita merayakan 20 tahun RSPO dan berkomitmen membangun masa depan keberlanjutan untuk 20 tahun ke depan dan seterusnya. Aset terbesar kita adalah keyakinan bahwa kemajuan adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Menurutnya, prinsip keberlanjutan sejati lahir dari kerja sama lintas rantai nilai — dari petani, pabrikan, hingga pembeli. “Keberlanjutan bukan hanya tanggung jawab satu pihak. Ini adalah upaya bersama untuk berbagi beban sekaligus manfaat,” tambahnya.
Kolaborasi yang Nyata di Lapangan
Joseph menegaskan, kerja sama RSPO bukanlah jargon semata, melainkan menghasilkan dampak nyata di lapangan. Ia mencontohkan sejumlah kisah inspiratif dari para petani kecil di berbagai negara.
“Di Jambi, Indonesia, para petani bersertifikat RSPO merayakan keberhasilan pemulihan sungai setelah lima tahun menjalankan program rehabilitasi yang dibiayai dari hasil penjualan kredit RSPO,” ujarnya.
Di San Pablo, Kolombia, kelompok petani kecil PromoAgrosur mengubah lahan bekas kawasan konflik dan kemiskinan menjadi perkebunan sawit berkelanjutan dengan dukungan dana Smallholder Support Fund. Sementara di Ghana, seorang petani menceritakan bagaimana sawit menjadi sumber penghidupan keluarga. “Ia membiayai pendidikan empat anaknya dari hasil kebun, mendirikan usaha untuk istrinya, dan mulai membangun rumah,” kata Joseph, mengutip kisah tersebut.
BACA JUGA: RT2025: RSPO Ajak Dunia Sawit Global Wujudkan Keberlanjutan dalam Aksi
Baginya, mendukung petani kecil bukan sekadar soal sertifikasi atau volume produksi. “Ini tentang menciptakan nilai jangka panjang, memperkuat kesejahteraan, dan menjaga lanskap tempat mereka hidup dan bekerja,” tegasnya.
Petani Kecil di Tengah Tekanan Regulasi
Namun di balik kisah sukses itu, Joseph menyoroti ancaman besar yang kini dihadapi petani kecil di seluruh dunia. Regulasi seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR) disebut telah menekan permintaan terhadap kredit petani kecil. Selain itu, pemotongan anggaran pemerintah membuat dana pembangunan semakin menipis, sementara perubahan aturan tarif mengganggu hubungan dagang yang telah lama terjalin.
“Dikatakan bahwa tangan terkecil memikul beban terberat. Dalam industri kita, tangan-tangan itu adalah milik para petani kecil yang kini menanggung beban besar dengan dukungan yang semakin berkurang,” ujarnya penuh keprihatinan.
BACA JUGA: Sawit Berkelanjutan Tak Bisa Sendiri, SD Guthrie Tunjukkan Kuncinya
Seruan untuk Menepati Janji Bersama
Melihat kondisi tersebut, Joseph mengajak seluruh anggota RSPO untuk kembali menegakkan semangat shared responsibility — tanggung jawab bersama yang menjadi fondasi lembaga ini.
“Petani kecil kita sudah bekerja keras. Mereka telah membuktikan bahwa mereka bisa berproduksi secara berkelanjutan. Mereka telah melalui audit dan meraih sertifikasi. Kini, mereka meminta kita menepati janji,” katanya.
Menurut Joseph, komitmen terhadap keberlanjutan tidak boleh hanya dipahami sebagai strategi bisnis atau cara mengakses pasar. “Komitmen kita lebih dari sekadar transaksi. Ini adalah bentuk solidaritas global. Sekarang saatnya membuktikan, dengan berdiri bersama mereka yang paling rentan dalam keluarga besar industri sawit dunia,” tutupnya. (T1)




















