InfoSAWIT, JAKARTA – Perdagangan minyak sawit mentah (CPO) ke zona Euro memang hingga tahun ini masih tercatat tinggi. Berdasarkan catatan Delegasi Uni Eropa, impor dalam lima tahun terakhir relatif stabil dengan rata-rata 3,5 juta ton atau senilai € 2,2 miliar per tahun. Pangsa pasar minyak sawit Indonesia di Uni Eropa tetap yang terbesar yakni mencapai 47%.
Dengan demikian permintaan (demand) CPO di kawasan Eropa masih sangat tinggi. Sayangnya guna menembus pasar Eropa, hub perdagangan acapkali mesti melewati pelabuhan Rotterdam, Belanda. Padahal di kawasan Eropa sebenarnya terdapat pelabuhan besar lainnya.
selain pelabuhan Rotterdam, misalkan pelabuhan Hamburg di Jerman dan Pelabuhan Forth di Inggris. Sayangnya pelaku perdagangan CPO ke Eropa lebih nyaman menggunakan pelabuhan Rotterdam. “Itulah perdagangan Eropa,” papar Derom saat masih menjadi kata Wakil Ketua I Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), kepada InfoSAWIT.
BACA JUGA: Pelaku Sawit dan Pemerintah Sinergi Turunkan Emisi Karbon
Oleh karena itu akhirnya muncul keinginan dari pemerintah Indonesia guna melakukan penambahan hub perdagangan ke Eropa, namun tidak lewat Rotterdam melainkan lewat pelabuhan yang bisa menjangkau kawasan Eropa, upaya ini tidak lain supaya produksi CPO Indonesia yang terus membesar setiap tahunnya bisa memiliki pasar. Hanya saja cara ini bukan menggantikan hub perdagangan yang sudah ada di Rotterdam.
Perdagangan minyak sawit mentah di Rotterdam sendiri, faktanya tidak hanya didominasi oleh bahan baku mentah (CPO), namun pula ada produk turunan CPO lainnya, semisal RBD Olein, RBD stearin, PFAD, staric acid, Fatty Acid dan fatty alcohol dan produk lainnya semisal produk turunan CPO dalam bentuk lilin.
Lantas, kenapa pelaku importir di Eropa lebih menyukai membeli CPO Indonesia lewat Rotterdam, padahal ada pelabuhan besar lainnya di kawasan itu? Setelah ditelusuri faktanya Belanda telah menjadi negara pengekspor minyak sawit mentah baik dalam bentuk CPO maupun CPO yang telah diproses ke beberapa negara yang ada di kawasan Eropa.
BACA JUGA: Parlemen Uni Eropa Tetapkan Aturan Baru Tentang Deforestasi
Tidak itu saja beberapa pabrik refineri besar pun faktanya berlokasi di Belanda, sebut saja Unilever, Sime Darby, IOI Grup, Wilmar International maupun Cargill, memiliki refineri dan industri hilir kelapa sawitnya di Belanda. Maka guna mempermudah jalur distribusi dan efisiensi, Rotterdam menjadi pilihanutama pelabuhan CPO.
Sementara menurut catatan Product Board MVO, sebuah asosiasi pelaku margarin dan minyak-lemak di Belanda, dari total impor minyak kelapa sawit Belanda sebanyak 86% berupa CPO, lantas sekitar 11% berupa palm stearin dan sisanya sekitar 3% berupa RBD Palm Oil/Palm Olein.
Belanda menjadi negara pengimpor tertinggi produk CPO ketimbang negara-negara lainnya yang ada di kawasan Eropa. Belanda faktanya tidak sepenuhnya berupa bahan baku mentah, lantaran re-ekspor Belanda lebih banyak didominasi dalam bentuk produk RBD palm oil/palm olein yang mencapai 79%. Kemudian margarine sebanyak 12%, palm stearine 11%, CPO dan hydrogenated masing-masing porsinya mencapai 4%. (T2)