InfoSAWIT, JAKARTA – Adanya dugaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang di integrasikan dengan ternak sapi bakal menimbulkan dampak negatif, yakni adanya penyebaran penyakit di perkebunan kelapa sawit yang diakibatkan dari feses sapi atau penyakit yang tersebar dari injakan kaki sapi.
Namun dugaan tersebut dianggap tidak berdasar karena perlu pembuktian secara ilmiah lebih lanjut, diungkapkan Peneliti Ahli Utama dari Puslitbang Perkebunan, Badan Litbang Pertanian, Prof. Decianto Sutopo, bila sapi membawa ganoderma melalui gigitan dan badan sapi, ini info menyesatkan.
Sebab merujuk hasil penelitian yang telah dilakukan justru integrasi sawit sapi bakal meningkatkan produktvitas sawit, dan sapi bukan faktor utama percepatan penyebaran ganoderma. “Sentuhan akar tanaman yang terkena jamur ganoderma yang menjadi faktor utama penyebarannya,” catatnya pada Whatsapp group SISKA Network, April 2022 lalu.
BACA JUGA: KPPU Respon Tuntutan Petani Sawit, Dugaan Pelanggaran Industri Biodiesel Masuk Tahap Klarifikasi
Perlu dipahami bahwa pengelolaan integrasi sawit – sapi memang tidak bisa dilakukan tatkala kebun sawit masih masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), atau tanaman masih muda dengan tinggi pohon yang masih rendah sehingga daun tanaman bisa terjangkau oleh sapi dan ini tidak dianjurkan untuk pola integrasi sawit-sapi. “Bila sapi dipelihara dan dilepas di perkebunan kelapa sawit yang masih umur remaja (TM 1), bisa dipastikan menjadi hama,” ungkapnya.
Lebih lanjut kata Prof. Decianto, pengendalian utama ganoderma seharusnya dengan menghadirkan secara luas mikroorganisma antagonis pada semua lahan sawit dan melakukan eradikasi (tindakan pemusnahan terhadap tanaman ) yang terinveksi dan sumber di lapangan. “Sebab penyembuhan tanaman yang terinveksi gaonderma nyaris mustahil dilakukan,” kata dia. (T2)