InfoSAWIT, AFRIKA – Sebelumnya lembaga Pusat Penelitian Kelapa Sawit Nigeria (NIFOR) bakal menjadi salah satu lembaga pengembangan komoditas kelapa sawit dan palem lainnya di Nigeria, termasuk melakukan penelitian peningkatan produksi dan produk kelapa sawit serta komoditas lainnya, dimana hasil, penelitian itu bakal ditransfer ke para petani
Cara demikian dilakukan bukannya tanpa alasan, saat ini Nigeria telah mengimpor minyak sawit senilai lebih dari US$ 3,2 miliar dalam dekade terakhir. NIFOR pun dianggap gagal memenuhi andatnya, lantaran dianggap tidak mampu mendorong produksi para petani perkebunan kelapa sawit skala kecil.
Saat ini, tidak ada pernyataan kebijakan tentang bagaimana Nigeria dapat kembali ke statusnya sebagai penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan institut tersebut selalu menunggu subvensi tahunannya dari Abuja.
BACA JUGA: Harga CPO Masih Akan Berkisar RM 4.000 per ton di 2023
Padahal tulis, The Nation, ada keinginan untuk meninjau kembali kinerja dan target kerja NIFOR sehingga lembaga tersebut mampu memenuhi mandatnya. Hingga saat ini, instituis itu tidak memiliki catatan mengenai jumlah individu dan organisasi swasta yang telah mendirikan perkebunan kelapa sawit dalam dua dekade tahun terakhir di Nigeria. NIFOR berkantor pusat di Benin City, bahkan tidak mengenal jumlah perkebunan kelapa sawit di Edo State.
Anehnya, masih tulis The Nation, dalam setiap pemilihan untuk menempati posisi di manajerial NIFOR, justru butuh persaingan yang cukup ketat. Lantas, bagaimana lembaga tersebut dapat memenuhi mandatnya jika tidak memiliki catatan atau database perkebunan kelapa sawit di Nigeria? “Pemerintah Federal harus sebagai hal yang mendesak meninjau ulang operasi NIFOR,” catat The Nation. (T2)